Wednesday, September 11, 2013

Anak-Anak Hebat



“ Senyum dan canda mereka menyembuhkan”

Tuhan selalu punya takdir untuk setiap makhluk yang ia ciptakan. Aku tak akan pernah menyangka sebelumnya ketika aku bertemu dengan anak-anak ini, anak-anak penerus bangsa, anak-anak yang kelak akan menggantikan dan menyelamatkan negeri yang tengah carut marut ini, anak-anak yang selalu mempunyai tekat, mimpi dan harapan di benak mereka. Aku merasa Tuhan sangat baik padaku, mempertemukan aku dengan mereka dan menjadikan mereka sahabat-sahabat kecilku.
Pagi ini, di awal bulan September aku pergi mengunjungi mereka di tempat mereka akan belajar. Motor yang aku kendarai melaju dengan kecepatan sedang, jarak yang ku tempuh untuk menemui mereka memang lumayan jauh, tapi semangat ku untuk menemui anak-anak yang haus akan dunia pendidikan tidak membuatku mengeluh, aku menikmatinya karena mereka adalah salah satu sumber inspirasi dan energy yang Tuhan berikan untukku.
Pukul 9.00 wita aku sampai di daerah tempat tinggal anak-anak yang kami sebut “Lentera Anak Negeri” belum sempat aku memarkir motorku anak-anak itu berlari ke arahku dan memelukku
“Kak Wiwi, kenapa minggu lalu nggak datang kakak?” Ratu merajuk sambil merangkulku ia adalah salah satu dari sekian anak-anak didikku.
“Iya, kak Wiwi jahat sekali padahal kita rindu kakak tau” Putri dan Fitri si kembar yang tiba-tiba ikut menyahut.
Nada, Ima, Caiing dan lainnya serempak mengangguk.
Aku hanya tersenyum memandang wajah dan tingkah mereka ada kedamaian ku rasakan. Tuhan, sekali lagi terima kasih Kau sungguh baik mempertemukan aku dengan anak-anak ini.
Aku berjalan, bersama mereka memasuki sebuah pekarangan  milik salah seorang dosen  sebuah Universitas. Di pekarangan inilah aku dan beberapa teman-teman volunteer biasanya mengajari mereka, entah itu bahasa inggris dasar atau matematika dasar serta beberapa pelajaran tambahan lainnya. Hari ini, aku sama sekali tak berniat mengajari mereka tentang bahasa inggris atau matematika aku ingin mereka mengarang sebuah cerita tentang keseharian hidup mereka selama ini. Aku ingin tahu, apa yang anak-anak ini lakukan sepulang sekolah, hingga mereka terlelap di malam harinya.

Aku memberikan setiap dari mereka selembar kertas putih, aku mengutarakan niatku pada sahabat-sahabat kecilku, dengan tenang mereka menyimak apa yang aku sampaikan. Tak perlu waktu yang lama untukku menjelaskan kepada mereka , dengan tenang aku melihat masing-masing dari mereka dengan serius sudah tenggelam dengan kertas dan alat tulis mereka.
Aku takkan pernah menyangka, mereka sangat antusias menulis cerita kehidupan mereka. Bahkan salah satu dari mereka ada yang mampu menulis dengan bahasa dan tulisan yang sangat baik, aku kembali menemukan bakat dari anak-anak yang dalam bahasa kasarnya tergolong anak-anak pinggiran, tetapi dari mereka lah bakat-bakat alami itu muncul semacam menemukan sungai di tengah padang pasir.
Semakin ada optimisme yang ku rasakan terhadap Negeri ini kelak, hari ini sahabat-sahabat kecilku telah menunjukkannya padaku, bahwa merekalah yang akan memimpin Negara ini, merekalah yang akan memperbaiki Negara yang tengah carut marut ini.
         Coretan dari tangan-tangan mungil, yang kelak akan memimpin Negeri ini


17 Agustus 2013

Happy Independence Day.Entah mengapa hari ini, aku seperti mendapatkan energy tambahan yang sangat luar biasa, mungkin karena bertepatan dengan Negara ini Indonesia merayakan ulang tahunnya yang ke 68, tapi alasan dari semangat dan kebahagiaanku hari ini yang paling utama adalah salah satu mimpi atau keinginanku dapat tercapai, untuk pertama kalinya aku dapat merayakan acara 17 agustus bersama sobat-sobat kecilku di Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA Tamangapa) Antang Makassar.

Aku dan beberapa teman dari Penyala Makassar dan Lemina akan merayakan 17 agustusan dengan mengadakan beberapa lomba salah satunya adalah lomba “Nulis Bareng Sobat”. Kegiatan ini menarik, karena masing-masing dari kami para volunteer akan mendampingi masing-masing satu anak, dan ini adalah sebuah tantangan tersendiri buatku, ini kali pertama dalam hidupku aku di minta mendampingi salah satu anak untuk menulis dan ini bukan sekedar menulis biasa tapi ini adalah sebuah lomba di mana temanya pun telah di tentukan oleh teman-teman panitia yakni “Independence Day” 

Aku di pilih oleh seorang sobat kecil bernama Syahrul Yasin Limpo(ini benar nama asli sobat kecilku), sebelum ia memulai menuliskan ceritanya kami terlebih dahulu melakukan diskusi singkat, aku mempelajari lebih dekat tentang sosok anak ini. Mungkin tergolong agak kepo atau apalah istilah anak ababil belakang ini, aku menanyainya tentang profesi kedua orang tuanya tentang apa yang ia sukai dan akhirnya aku bertanya pada pertanyaan intiku. 

“Syahrul, pernah ikut lomba 17 agustusan nggak??”
“Pernah kak, lomba balap karung”, ucap syahrul seraya menatapku dengan mata yang berbinar penuh kebanggaan. 
“Menang nggak??” aku kembali memulai percakapan dengannya
“Kalah sih kak, tapi syahrul senang soalnya bisa lompat-lompat di dalam karung udah gitu kalau jatuh seru soalnya pada teriak gitu teman-temannya”

Sejenak aku termenung, di daerah yang jauh dari kata bersih dan layak tinggal ini aku kembali menemukan sebuah pelajaran penting ketika bahagia itu bisa di dapatkan hanya dengan mengikuti sebuah lomba balap karung. Tuhan benar-benar Maha adil, anak-anak yang serba kekurangan ini ternyata memiliki hidup yang jauh lebih bahagia di banding aku yang boleh di katakan jauh lebih beruntung. 

Aku menatap bocah di hadapanku dengan seksama, dia sungguh luar biasa.
“Jadi, bagaimana kalau syahrul nulisnya tentang lomba 17san taun kemari aja dek, waktu syahrul ikut lomba balap karung??”
“Tapi kan di situ saya kalah kakak??” ucapnya dengan nada polos
“Menang dan kalah itu sama saja, yang penting syahrul pernah ikut lomba” hiburku seraya mengelus kepala bocah laki-laki itu. 

Ia menatapku sekilas seraya tersenyum padaku, senyum paling manis yang ku dapatkan saat itu. Tak butuh waktu lama ia menarik tanganku, mengajakku mengambil posisi paling pojok dari peserta dan para volunteer yang lain.

Syahrul tak banyak bertanya padaku, sesekali ia hanya memperlihatkan tulisannya bertanya apakah cara penulisannya sudah benar atau belum, jujur aku cemburu pada anak-anak di sekelilingku salah satunya Syahrul begitu mudahnya mereka merasakan kebahagiaan di tengah keterbatasan, sedang aku? Terkadang sulit merekah senyum bahkan terlihat acuh dan tak bahagia padahal di bandingkan mereka, mungkin nasibku jauh lebih beruntung di banding sobat-sobat kecilku. 

“Kakak, syahrul sudah nulisnya”, ucapanya menyadarkanku dari lamunan.
“Oh sudah, sini kakak liat” ucapku seraya mengambil kertas yang sudah penuh dengan coretan tangannya. Agaknya tulisan Syahrul memang jauh dari kata rapi, tapi aku menyukainya kertas yang tadinya putih telah terisi penuh dengan tulisan dan kata-kata polosnya. Aku mengembalikan kertas yang sudah ku baca tadi. “Syahrul, kertasnya di kumpulin ke kakak panitianya ya” kataku sambil menyodorkan kertas miliknya. 
“Iya kak” ucap bocah itu seraya tersenyum padaku 

Pengumuman pemenang segera di mulai, raut cemas karena takut mengalami kekalahan terpampang jelas di wajah bocah-bocah itu. Baik Syahrul dan bocah-bocah lain yang mengikuti perlombaan “Nulis Bareng Sobat” terlihat mengerumuni Kak Udpa salah satu panitia yang akan mengumumkan pemenang perlombaan.

Aku hanya bisa tersenyum memandang tingkah mereka. Kak Udpa mengumumkan pemenangnya dari juara satu, dua, sampai tiga. Tak ada nama Syahrul di antara ketiga pemenang itu, tapi saat itu aku dapat melihat dengan jelas tak ada raut sedih dari wajahnya, ia bahkan dengan sangat gentle memberikan selamat kepada para pemenang. Ya Allah, ku dapatkan lagi pelajaran kedua dari bocah penuh semangat itu hari ini.

“bahwa kompetisi tetaplah sebuah kompetisi di luar ini semua kita adalah tim, tim dalam sebuah kehidupan” 

Tulisan ini ku persembahkan untukmu adik kecil, sehari pertemuan kita aku belajar dua hal dari mu yakni sebuah kebahagiaan yang sederhana dan sikap gentlemu di tengah kekalahanmu, kamu adalah calon pemimpin bangsa ini Syahrul Yasin Limpo (bocah yang hidup dan bersahabat dari tumpukan bahkan gunungan sampah).

Sebelum lomba kita perkenalan dulu ya, kan "Tak kenal maka tak sayang" ^^

Yeyeyeyeyey Happy Independence Day 

 Kita pose dulu kakak :)

 Ahhh semangat banget nulisnya ^^

Hihihih kakaknya di kerumunin ^^
Rasanya kurang Afdol kalau nggak berfoto sama pemenangnya ya, selamat buat adek Putri (Kanan)

Mimpiku memang amat sederhana, merayakan 17 agustusan bersama mereka anak-anak yang ku sebut "Pemeluk mimpi", anak-anak yang setia bersahabat dengan sampah dan anak-anak sederhana yang tetap bersemangat di tengah gunungan sampah. Tetapi, dengan merekalah salah satu impianku dapat terwujud, merekah senyum bersama mereka:) 

 "Tulisan ini diikutsertakan dalam Best Article Blogger Energy".