Sunday, December 15, 2013

Jangan (dulu) Ambil Dia

Rindu itu lagi-lagi menyerangku, seperti biasa lagi dan lagi aku tak bisa menampikknya. Tuhan aku merindukan sosok "wanita pertamaku". Sosok tangguh yang tak pernah letih mendoakan dan mengucap syukur atas kehadiranku. Aku ingin merengkuhnya, membawanya masuk ke dalam pelukanku tanpa pernah aku melepaskannya lagi. Wanita anggun yang tak pernah letih memancarkan senyumnya, walaupun aku tahu dia sangat letih.

"Nggak papa masih ada kesempatan lain nak", kalimat yang selalu ia ucapkan saat aku kembali bertemu dengan titik jatuhku, kembali bertemu dengan situasi yang hampa. Memelukku, mengelus punggungku, dan mencium keningku adalah hal luar biasa yang tidak pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Sosoknya lah yang mampu membuatku agar tetap tegar, agar tetap berdiri di kala kakiku terkadang sudah tidak mampu lagi menopang tubuhku.

Tuhan, tolong dengarkan pintaku. Aku tahu, terkadang aku melupakanmu, terkadang aku mendustaimu. Tapi kali ini, tolong dengarkan pintaku. Jangan dulu ambil dia Tuhan, aku belum mampu membalas jasanya, aku belum mampu membuatnya menangis untuk sebuah kebahagiaan, aku belum mampu menggantikan rasa sakit yang ia alami karena mengandungku. Tuhan, bahkan aku belum mampu mendapatkan sosok yang bisa menjagaku kelak jika ia pergi.

Ku mohon tuhan jaga ia selalu wanita pertamaku, wanita tangguhku, wanita anggun yang pernah ku kenal, wanita yang tak pernah lupa menyapa MU di kala Engkau sudah memberi kode. Tiada lagi yang bisa ku pinta kepada Mu Tuhan, selain jangan dulu ambil ia sosok yang ku doakan mungkin hanya sekali, di bandingkan ia yang mendoakanku berkali-kali.

Rindu

Rindu adalah penyebab aku takut jatuh cinta
Rindu adalah penyebab aku takut memulai
Rindu adalah penyebab aku takut menjalin
Rindu adalah penyebab aku tetap memendam
Rindu adalah penyebab aku tetap memilih bungkam

"Orang yang aneh", kalimat itu sudah terlalu sering menyapa telingaku, sudah terlalu biasa untuk di dengar olehku. Aku tak pernah lagi mempedulikan setiap ucapan sinis mereka yang tak ingin berteman denganku, buatku biarlah aku menjalani setiap hembusan nafasku dengan caraku sendiri. Pilihan untuk tak jatuh cintapun biarlah aku yang memahaminya sendiri, tidak bukan tak jatuh cinta tapi aku tak ingin terjebak dalam sebuah perasaan yang belum punya tujuan yang pasti.   

Terkadang (maaf), aku bingung dengan mereka yang memilih pacaran. Apa untungnya?
Karena ada yang menemani kemana-mana?
Karena rindumu punya tujuan?
Atau ada hal lain yang lebih dari itu? Entahlah, hanya kalian yang mampu menjawabnya. Alasanku memilih sendiri sampai usiaku yang saat ini menginjak 20 tahun sederhana saja,

"Karena belum ada lelaki yang pantas mendapatkanku"

Mungkin sedikit narsis tapi biarlah, toh ini hidupku. Aku sendiri yang menjalani setiap hembusan nafas yang sudah di tiupkan Tuhan untukku, lalu kenapa penilaian orang selalu jadi patokan, hufftt. Aku memang tak suka jatuh cinta, alasannya satu "Rindu". Nyeseknya rindu itu yang melelahkan buatku, ketika rindu dan tak tersampaikan rasanya itu pengen marah-marah ke orang (pengalaman pribadi), mending kalau rindu ada status hubungan yang jelas, nah kalau nggak? Mau di alihkan ke mana rindu itu? 

Aku bisa saja mengungkapkan perasaan rindu itu, tapi jelas aku tak bisa melanggar prinsipku, aku tetaplah seorang wanita yang "kuno". Wanita yang lebih memilih memendam, yang lebih memilih menyimpan dan menutup perasaanku sendiri. Karena aku tahu, akan ada lelaki yang tepat untukku di saat yang tepat pula, akan ada rindu yang halal, yang akan aku ungkapkan kepada pemiliknya kelak.
Rindu, satu kata yang mampu membuat hujan melupakan pekatnya malam. Rindu pulalah yang mampu membuat seseorang menjadi stalker.
Ahhh betapa jahatnya rindu itu.

Monday, December 9, 2013

Duka

"Pulanglah", kata pembuka itulah yang kuucapkan kepada Hujan. Aku tahu, kata itu lebih menyakitkan di bandingkan sebilah pisau yang mencumbu mesra jemariku, kata itu pulalah lebih menyakitkan di bandingkan rintik hujan yang memeluk tubuhku. Hujan ia selalu datang di saat aku mencapai sebuah klimaks dalam hidupku, hujan kau tahu saat kau mulai menyebut senja hatiku semakin sesak di buatnya.

Hujan, hari ini kita kembali bertemu dalam sebuah kesempatan yang tidak ku inginkan, dalam sebuah kesempatan yang juga tidak pernah aku harapkan. Hujan ketika biasanya aku menunggumu karena pesan rindu itu, kali ini aku tidak lagi mengharapkan kedatanganmu. Kau tahu, senja dan hujan tidak pernah tercipta untuk saling melengkapi, senja dan hujan ia hanya akan selalu saling berkaitan, ia hanya akan saling bertatapan tanpa bisa saling merangkul. Ketika dulu aku teramat menyukaimu (hujan) untuk rintik yang selalu menghadirkan suara merdu, kali ini tidak. Rintik itu serupa sayatan tajam yang menggores hingga ke dinding hati. 

Aku terdiam beberapa saat, menatap nanar untuk hujan yang memelukku dengan mesra sore ini. Menahan napas agar aku tak lagi tersesat untuk jalinan yang menyakitkan. Hujan kita tidak serupa dengan sepatu ataupun sendal yang memang tercipta untuk saling melengkapi, kitapun tidak tercipta seumpama bintang dan bulan yang mampu melengkapi malam yang begitu pekat. Mengertilah "Hujan dan Senja" hanya tercipta untuk saling berkaitan, untuk saling menyapa, untuk saling mengharapkan tanpa punya tujuan, tanpa punya akhir yang pasti.

Catatan untuk kamu "Duka"


Friday, December 6, 2013

Wisata Sejarah

Entah sejak kapan aku mulai menyukai anak-anak, bagiku anak-anak adalah malaikat-malaikat kecil yang mampu membuatku tersenyum dengan sangat lama, yang mampu meringankan sedikit bebanku ketika aktivitasku mulai menjenuhkan, yang mampu mengalihkan duniaku hanya dengan  melihat senyum dan tingkah mereka yang polos. 10 november bertepatan dengan hari pahlawan, aku menyibukkan dan merelakan hari liburku (tepatnya waktu tidurku yang bisa lebih panjang dari hari biasa hehehe) dengan mengikuti sebuah kegiatan yang di adakan oleh LEMINA, kegiatan tersebut adalah "Wisata Sejarah" dimana kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajak anak untuk mencintai sejarah sejak dini. Kebetulan pada kegiatan ini, aku bertindak sebagai salah satu volunteer yang mengajak anak-anak bermain games (Pos Denah).

Enam puluh anak yang terpilih dengan penuh semangat telah siap sejak pukul 09:00 pagi, mengenakan pakaian senada berwarna biru tampak wajah-wajah penuh kebahagiaan dari anak-anak itu. Aku, yang sejak pagi sudah berada di lokasi (Makam Raja-raja Tallo) sedikit merasa tersindir dengan mereka, bagaimana tidak biasanya di hari minggu sesudah subuhan, aku lebih memilih kembali memeluk bantal dan menarik selimutku, ketimbang menikmati minggu pagiku dengan segala aktivitas yang ku rasa tidak perlu, tetapi minggu ini aku memilih keputusan berbeda dari minggu-minggu sebelumnya.

 Ahaaaa buat lingkaran dulu yuk, sekalian kita perkenalan ya sobat-sobat cilik ^^

Hari itu aku menerima tawaran menjadi salah satu volunteer repot-repot dalam kegiatan "Wisata Sejarah", dalam kegiatan ini aku dan salah satu volunteer yakni Kak Calu di haruskan untuk menjelaskan kepada peserta bahwa mereka harus menggambar kembali denah yang telah di sediakan sebelumnya ke dalam buku kecil milik mereka yang telah di bagikan. Denah-denah tersebut harus diisi dan di beri tanda dengan keterangan nama raja-raja yang dimakamkan di tempat tersebut. Jujur, ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di makam raja-raja tallo. Andai saja aku tidak tercatat sebagai salah satu volunteer, mungkin aku tidak akan pernah berkunjung ke salah satu tempat warisan budaya ini. Kegiatan ini secara tidak langsung, ikut membangkitkan semangatku untuk lebih mengenal lagi tentang sejarah perjuangan leluhurku. Bagaimana tidak, sejarah selalu diidentikkan dengan hal-hal yang membosankan, terakhir aku belajar soal sejarah adalah saat aku duduk di bangku SMA. Selain itu sejarah selalu dikaitkan dengan hafalan dan guru yang terbilang killer (pernah ngalamin -_-).

Yukk sobat cilik liat dulu denahnya yang di tangan kakak terus di gambar ya ^^

 Denahnya gambar yang benar ya sayang :D

Dalam kegiatan "Wisata Sejarah" ini selain games menggambar denah-denah makam, para sobat-sobat kecilku juga mengikuti games kenali raja-raja tallo, dalam kegiatan ini mereka mendapat semacam kuliah singkat tentang raja-raja yang di makamkan di kompleks makam raja-raja tallo. Ada juga games kenali bangunan sejarah, di mana games ini bertujuan memperkenalkan bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Makassar (sekalipun tinggal di Makassar saya juga nggak hapal-hapal amat bengunan bersejarah apa saja yang ada di kota ini >.<). Selain itu games yang paling bikin ngakak adalah games temukan pahlawanmu, bagaimana tidak pada games ini para sobat-sobat kecil saya di minta untuk memilih 10 gambar pahlawan dan di tempelkan pada peta yang sudah di sediakan.

Pahlawannya di tempel sesuai daerah asalnya ya :D

 Hayoooo ini sudah benar apa belum??

Pada games ini ada beberapa sobat cilik yang memasang tidak sesuai daerah asal sang pahlawan, dan pas di tanya kok masangnya malah keluar dari Negara Indonesia dengan polosnya dia menjawab,
"Ye, kak Presiden saja bisa keluar negeri masa pahlawan nggak", malah ada juga yang jawab "Itu pahlawannya jadi TKI kak". Saya dan beberapa teman-teman volunteer hanya bisa di buat terpana dan tertawa mendengar jawaban salah satu sobat cilik itu. Games terakhir pada kegiatan "Wisata Sejarah" kali ini adalah aku bisa sejarah pada games ini sobat-sobat kecil di minta menuliskan kesan-kesannya pada metaplan yang sudah di sediakan.

Hihihihihi tulisannya sobat-sobat cilik agak susah di baca ya >.<

 Adek-adeknya lagi menari ini, buat menghibur teman-temannya 

Sebelum bubaran kita pose dulu ya ^^

Wisata Sejarah bareng Sobat

 Kakak-kakak Volunteernya pose dulu ya :D

 Hihihi kakak-kakak volunteernya juga manusia ya, jadi istirahat dulu :D

Biar di kompleks makam posenya tetap kece ya hahahaha
Setiap orang pasti mempunyai sejarah. Dan sejarah dari masing-masing pribadi kita berbeda, entah aku, kamu dan kalian. Aku tak pernah di perkenalkan menikmati dan menyukai sejarah saat usiaku seusia sobat-sobat kecilku, sejarah yang tertanam dalam benakku adalah sejarah yang sangat membosankan, sejarah yang mengharuskanku menghafal setiap tanggal lahir dan wafatnya pahlawan-pahlawan negeri ini, tetapi kali ini sejarah berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang bisa ku nikmati, sesuatu yang membuatku tidak harus tertidur di kelas karena mendengar tanggal-tanggal lahir dan wafatnya pahlawan-pahlawan negeri ini. Oleh sebab itu, jangan pernah melupakan sejarah dan mari perkenalkan sejarah kepada anak sejak dini ^^.




Sunday, December 1, 2013

Kerinduan untuk Mama

Entah dari mana aku harus memulainya, satu hal pasti yang ku tahu aku sangat sangat sangat mencintai dan merindukanmu. Wanita anggun yang selalu mendekapku. Mama, kerinduan ini semakin menyesakkan untukku. Malam ini, seperti biasa di tengah rutinitasku angin kembali menghembuskan banyak rindu untukmu, aku kembali pada titik jatuhku. Mama, titik jatuh itu seperti bom waktu, ia benar-benar mampu menciptkan kekosongan menjadi semakin pekat.

Mama, aku kembali menjadi hujan di tengah temaram bulan, aku kembali menjadi ombak di saat lautan mulai tenang, aku kembali menjelma menjadi sosok yang tidak aku, kau dan orang-orang inginkan. Mama, titik jatuh itu menjelma menjadi kekosongan yang kembali datang memelukku, memelukku dengan sangat erat dan hebat. Aku tak sanggup memeluknya sendiri ma, aku tak kuat berada pada kondisi seperti ini. Mama, pekatnya malam membungkus tubuhku bersama kekosongan. Ma, aku ingin berlari, tapi kau selalu jadi alasan mengapa aku harus bertahan.Mama, aku merindukan dekapanmu. Mama, aku merindukan senyummu. Mama, aku merindukan omelanmu.

Dear mama
Ku tuliskan surat cintaku untukmu di tengah kekalutanku
Dear mama
Terima kasih untuk semua pelukan doa-doamu dari jauh
Dear mama
Ingatkan aku untuk segala janji yang ku ucapkan padamu
Dear mama
Terima kasih ku ucapkan untuk sosokmu yang selalu menjelma melebihi para bidadari :*

Friday, November 29, 2013

Hujan

Hujan...
Aku menyebutnya sebagai rindu
Aku menyapanya sebagai kenangan
Hujan...
Aku memilihnya sebagai sahabat
Aku memeluknya sebagai kehangatan
Hujan...
Aku menginginkannya sebagai pasangan, tetapi
Hujan...
Aku melupakannya sebagai masa lalu

Thursday, November 28, 2013

Sendiri Berteman Tembok

Aku sendiri dalam sepi
Tak ada sapaan
Tak ada teguran
Tak ada tawa
Aku sendiri berteman tembok
Yang ada hanya semilir angin
Menemani siang malam
Aku terikat dengan borgol
Yang kokoh
Hanya diam
Aku sendiri berteman tembok
Tak ada cerita tentang masa depan
Semua sudah tertutup oleh kabut
Kabut yang sudah,
Menutup tentang cerita masa depanku



Serui, 22 jul 10

Tuesday, November 26, 2013

Romy, Buah Tala, dan Jembatan

"Perjalanan untuk tiga ribu rupiah"

Bocah laki-laki  pemalu itu bernama Rommy, untuk pertama kalinya malam ini aku berjumpa dan berkenalan langsung dengannya. Seperti biasa, dia duduk di tepian jembatan di jalan Abdullah dg sirua (abdesir) makassar. Duduk dengan wajah polosnya yang tampak kelelahan, duduk dengan tatapannya yang teduh, duduk dengan memandang orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya, aku sedikit menduga tatapan teduhnya itu bukan tatapan yang biasa, tetapi tatapan yang penuh harap untuk orang-orang di sekitarnya agar mau membeli buah talanya.

Rommy, namanya terlalu singkat untuk ku tulis. Tapi, kisahnya mampu membuat ku terdiam sejenak, mampu membuatku harus berulang kali mengucap syukur kepada Tuhan, jika hidupku jauh lebih baik darinya. Malam ini aku dan beberapa teman pergi mengunjungi Romi di jalan abdesir, selepas magrib kami langsung menuju TKP. Kami tak langsung menemui adek Rommy di tempatnya biasa berjualan, sedikit survei kecil-kecilan kami lakukan. Mewawancarai beberapa warga sekitar salah satunya, fakta-fakta mencengangkan kami temui.

Adek tangguh itu  memang selalu berada disana malam harinya. Ia berkeliling menjajakan buah talanya, di bawah terik matahari ataupun di bawah hujan yang memeluk tubuh mungilnya, setiap hari bahkan di setiap malam ia tetap setia dengan buah talanya, bahkan terkadang menurut beberapa warga sekitar Rommy baru akan balik ke Jeneponto pukul dua pagi (Jarak Makassar- Jeneponto sekitar 4-5 jam). Rommy pulang ke Jeneponto dengan mengendarai mobil rental terkadang ia malah naik pete pete (kendaraan umum seperti angkot). Anak bungsu dari lima bersaudara itu selalu pulang bersama kakaknya yang juga berprofesi sebagai penjual buah tala.

Foto ini diambil beberapa hari yang lalu oleh kak Fany, saat adek Rommy sedang tertidur karena kelelahan

Berbekal informasi dari warga, kami akhirnya pergi menemui adek Rommy. Awalnya dia sedikit malu-malu bertemu dengan kami, tetapi akhirnya dia sedikit mau bercerita kepada kami. Setiap harinya sepulang sekolah (ia masih tercatat sebagai siswa kelas 5 SD) ia bergegas menuju Makassar, setibanya di Makassar ia langsung menuju daerah Panaikang untuk menjajakan buah talanya menjelang magrib ia menuju ke daerah abdesir, tempatku dimana bertemu dengannya. Sambil beristirahat menunggu jemputan dari kakaknya, ia tetap setia menjajakan buah talanya. Buah tala yang ia jual seharga Rp3000/bungkus itu, ternyata ia beli dari petani buah tala di desanya.

Rommy bocah itu sungguh tangguh, satu hal lagi yang saya pelajari dari dia adalah "Rommy tidak suka di kasihani, dia tidak suka di anggap seperti pengemis". Ia masih memegang prinsipnya bahwa "ia harus tetap menjajakan jualannya di bandingkan meminta-minta", dia mengajarkan banyak hal dalam sekejap pertemuan kami Mengajarkan ku tentang arti bersyukur yang sesungguhnya, tentang arti hidup yang bahkan mungkin masih tidak ku pahami sampai saat ini.

Dear Rommy
Tahukah kamu betapa malunya aku padamu?
Dear Rommy
Tahukah kamu betapa tangguhnya dirimu?
Dear Rommy
Terima kasih untuk segala pelajaran hidup yang sudah secara tidak langsung kau ajarkan padaku hari ini
Teruntukmu Rommy bocah pemalu, pecinta sepak bola :) 



Monday, November 25, 2013

Wanita yang Susah Tidur

Dear wanita yang susah tidur.
Mengapa kau begitu sulit, untuk memejamkan matamu?
Mengapa kau begitu sulit, bercumbu dengan mimpimu?

Dear wanita yang susah tidur.
Adakah rindu, yang belum tersampaikan hingga kau sulit merebahkan tubuhmu?
Adakah perasaan yang belum kau ucapkan untuk menenangkan hatimu?
Atau adakah sosok yang ingin kau kecup sebelum tidurmu?

Dear wanita yang susah tidur.
Jagalah imanmu, jaga perangaimu hingga kelak kamu mendapati apa yang kamu inginkan

Catatan kecil Tentang Benzbara

"Pertemuan singkat yang meninggalkan banyak cerita"

Dear Bernard Batubara, tahukah kamu bahwa sebenarnya aku tak tahu siapa kamu sebelumnya. Aku ingat, saat itu di bulan juli, bertepatan dengan penyelenggaraan Makassar International Writers Festival (MIWF) tujuan kedatanganku ke sana adalah untuk bertemu dengan kakak Huruf kecil atau Aan Mansyur dan Qaisra Shahraz. Sosokmu begitu asing di antara orang-orang yang ingin ku temui saat itu, tetapi segerombolan remaja yang tampak berlari-lari sedikit mengagetkanku, mereka menyebut satu nama

"Kak Benzbara.. kak ben"

Panggilan itu begitu akrab di telingaku saat itu, karena penasaran aku mencari tahu siapa sosokmu sebenarnya, siapa kamu yang mampu mengalihkan perhatianku dari sosok-sosok yang memang sudah akrab denganku sebelumnya. Saat itu, aku baru tahu bahwa kamu adalah seorang penulis. Berbekal informasi dari google, keesokan harinya aku bergegas menuju gramedia mencari buku karanganmu. 

"Milana" adalah buku pertama karya Benzbara milikku, ada hal lucu mengenai buku ini. Jadi saat saya meminta bang Benzbara menandatangani buku berjudul Milana ini, buku itu sama sekali belum saya baca. Intinya dan boleh di bilang saya hanya ikut-ikutan meyukai sosok Benzbara dan karya-karyanya. 

Foto bareng Benzbara (foto ini di ambil pada saat penyelenggaraan MIWF dan pada saat saya belum begitu mengenal sosok penulis muda ini dengan karya-karyanya)

Waktu punya pengaruh yang sangat dahsyat hingga pada akhirnya saya menyukai dia terlebih lagi karya-karyanya. Cerpen dan puisinya mampu membuat saya begitu mencintai senja dan hujan, ia memang masih kalah jauh dari sosok Sapardi Djoko Damono dan Aan Mansyur dalam mendeskripsikan hujan, tapi ia jauh lebih baik dari saya soal mendeskripsikan "Senja" (hahahaha maaf, agak sedikit narsis :D)

Empat bulan tak berjumpa dengan sosok Benzbara, akhirnya aku kembali bertemu dengan sosok penulis yang satu ini. Aku tak pernah lupa hari itu, minggu pagi di tanggal 24 november, aku dengan salah seorang sahabatku bernama Fina (yang memang sangat menyukai Benzbara, ia pernah sampai empat kali mimpiin Benzbara) berkunjung ke hotel tempat Benzbara nginap niatnya hanya satu saat itu, foto bareng, minta tanda tangan dan pulang. Tetapi hampir sejam menunggu, sosok itu sama sekali tidak nampak di lobi hotel. Aku dan Fina akhirnya memutuskan naik ke lantai tiga hotel, mungkin feeling ternyata di lantai tiga adalah tempat penyelenggaraan "Kelas Gratis Duta IM3" di mana pembicaranya adalah sosok yang aku dan Fina ingin temui sebelumnya. 

Singkat cerita, pihak panitia memanggil kami berdua (Aku dan Fina). Aku dan Fina di ajak menjadi peserta dadakan tanpa registrasi sebelumnya. Tanpa berfikir panjang, kami mengiyakan ajakan tersebut. Aku dan Fina mengambil tempat yang paling depan, alasannya simpel karena kami ingin berada dekat dengan sosok Benzbara :). Sepanjang pelaksanaan acara "Kelas Gratis Duta IM3" jujur aku dan Fina merasakan atmosfer yang berbeda, tangan kami berdua sama-sama dingin (oke memang sedikit memalukan, tapi nyatanya itu yang terjadi hahaha). Memerhatikan sosoknya dari jarak yang sangat dekat, dan berbicara langsung dengannya adalah salah satu mimpi saya yang menjadi kenyataan. Satu hal yang saya syukuri, adalah akhirnya saya bisa mengatakan secara langsung bahwa 

"saya tidak begitu menyukai dia menulis novel, seperti saya menyukai setiap karya puisi dan cerpen-cerpennya. karena ketika Benzbara menuliskan novelnya, saya merasa kehilangan sosoknya"




Dear Bernard Batubara
Terima kasih untuk pertemuan yang begitu singkat 
Terima kasih untuk sapaan yang tetap ramah
Terima kasih untuk senyuman yang selalu merekah, dan 
Terima kasih untuk setiap puisi dan cerpen karya anda yang selalu mampu membuat hati saya luruh :)






Wednesday, November 6, 2013

Cinta adalah Perasaan

"Aku masih mencari ke arah manakah aku akan berakhir, apa pada titik pilihan itu jatuh, ataukah pada koma"

Berbicara soal cinta tak pernah ada habisnya. Cinta adalah perasaan ia seumpama koma yang menjumpai titik. Cinta adalah perasaan ia ibarat pelangi sesudah hujan, tapi cinta yang merupakan perasaan juga bisa di umpamakan menjadi senja yang tidak lagi jingga.
"Aku mencintai titik" kalimat itulah yang tiba-tiba di ucapakan koma padaku
Sontak aku berbalik menghadapnya, selama ini koma sangat tertutup pada siapapun mengenai segala hal, namun kali ini tidak, ia baru saja mengucapkan kalimat yang mungkin apa bila di dengar oleh orang-orang yang mengenalnya, mereka takkan percaya jika koma yang mengucapkannya.
"Kamu, serius??" tanyaku
Ia hanya menganggukkan kepalanya. Aku tau koma bukanlah seseorang yang mudah jatuh cinta, ia hanya akan jatuh cinta pada titik, di titik mana koma akan berakhir hanya ia sendirilah yang tau, hanya ia pula yang bisa memutuskan.
Terkadang aku bingung pada koma, pada saat tertentu koma bisa berakhir dengan titik, tetapi pada saat tertentu pula ia malah tetap memilih menjadi koma. Jika sudah sampai pada tahap ini maka aku lagi-lagi harus percaya bahwa cinta adalah perasaan. Koma dan titik seumpama dua persimpangan, ke arah mana ia akan berakhir maka saat itu lah ia telah menemukan jawabannya.

"Aku adalah koma, sedang kamu adalah titik. Aku menunggu, di kamukah aku akan berakhir menjadi titik, atau aku justru menemukan titik yang lain selain kamu, karena lagi cinta adalah perasaan"

Sunday, November 3, 2013

Mimpi

"Mendidik adalah kewajiban orang-orang terdidik"

Minggu adalah hari yang menyenangkan, untuk mereka yang berkeluarga minggu berarti menikmati moment-moment indah di akhir pekan. Sedang, minggu untuk seorang anak kos berarti waktu tidur yang lebih panjang dari biasanya dan hukum mandi yang wajib dua kali sehari menjadi makruh dengan hanya sekali mandi dalam sehari. Tetapi berbeda denganku, minggu buatku adalah menjemput sedikit kebahagiaan dengan melihat senyum dan canda tawa anak-anak didikku :)

Ya, aku adalah seorang volunteer di salah satu sekolah non formal bernama "Lentera Negeri" di sekolah inilah biasanya setiap minggunya aku mengajar bersama beberapa teman-teman volunteer lain. Minggu ini adalah jadwal mengajarku di kelas C (kebetulan kami telah memiliki tiga kelas, di dua lokasi berbeda) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Kelas C ini berada di salah satu kompleks padat penduduk yang tidak begitu jauh dari tol.

Sesampai di lokasi, aku sangat terkejut karena siswaku yang datang baru satu orang, aku menyempatkan diri menunggu selama sejam dan hasilnya hanya lima orang yang datang, jujur aku sangat kecewa. Setelah mewawancarai beberapa anak, ternyata hari itu banyak teman-teman mereka yang tidak tau akan ada kelas belajar, karena tak sempat di umumkan oleh pengurus Masjid (kebetulan, kami menggunakan Masjid sebagai tempat belajar mengajar) dan akhirnya sebagian anak-anak ini memilih pergi bekerja. Anak-anak didikku memang berasal dari keluarga ekonomi bawah, oleh sebab itu ketika pulang sekolah atau ketika libur, mereka lebih memilih untuk bekerja baik sebagai pengamen atau loper koran.

Aku tak ingin membuat anak-anak yang sudah datang kecewa, walaupun mereka hanya berlima aku tetap harus mengajar. Karena jumlah mereka sedikit, maka kupuskan untuk merubah metode pembelajaranku. Hari ini mereka akan belajar mengarang, menuliskan aktivitas mereka hingga impian dan cita-cita mereka.

Salah seorang anak menarik perhatianku, namanya "Muhammad Akbar" ayahnya adalah seorang pedagang ikan, ia menceritakan aktivitasnya sehari-hari di mulai saat adzan subuh berkumandang, hingga magrib yang datang menjemput. Sepulang sekolah Akbar biasanya tak langsung pulang, ia lebih memilih menjajakan koran di sekitar lampu merah yang tak jauh dari rumahnya, menurutnya itu adalah pekerjaan yang sangat mudah, menjual, mendapatkan uang dan hasilnya bisa ia tabung untuk keperluan sekolahnya. Begitu setiap harinya, sungguh seorang anak yang harus terpaksa berpikir dewasa mengenai masa depannya sendiri, kala anak-anak seusianya hanya tau soal tidur, belajar, bermain dan makan. Jujur, aku terkesima membaca tulisannya. Bahkan, aku sempat membaca ulang beberapa kali tulisan itu, takut jika ada yang terlewat.

Pada bagian akhir tulisan itu aku kembali terpaku dengan impian dan cita-cita Akbar. Impiannya sederhana, ia ingin membelikan rumah untuk kedua orang tuanya, impian yang mungkin untuk anak seusianya tidak terfikir sama sekali. Cita-citanya pun amat simpel, ia hanya ingin menjadi orang baik dan seorang ustad. Ahh Akbar hari ini kamu berhasil membuatku jatuh hati, kamu juga berhasil mengajarkanku apa arti kehidupan ini, sungguh simpel sesimpel cita-citamu yang ingin menjadi orang baik :)

"Untukmu Muhammad Akbar , sahabat kecil yang menginspirasi :)"


Saturday, November 2, 2013

"Priakah Kamu??"

"Karena Allah selalu mempunyai rencana yang Indah"

Minggu yang terlewat cerah pikirku, sayang jika ku lewatkan hanya dengan berdiam diri di kosan. Aku bergegas menyusun segala rencanaku hari ini, pergi mengajar, pergi ke toko buku, mampir di rumah tante dan beberapa hal lain yang ingin ku lakukan. Segala persiapanku sudah terlihat sangat matang aku bergegas mengambil ranselku, mengisi barang-barang yang ingin dan harus ku bawa.


Kakiku yang sudah siap melangkah keluar rumah, di kagetkan dengan bunyi suara Hpku. Betapa shocknya aku ketika mendapat sebuah sms dari seseorang yang tidak ingin lagi ku ketahui kabarnya. Bukan sekedar shock biasa, tidak ku sangka seseorang yang ku kenal selama ini sangat menjaga citranya mengirimkan sebuah sms yang sangat memalukan dan merusak citranya sendiri di depanku.

"Saya mohon dek, jangan ceritakan hubungan yang pernah kita jalin pada DIA, karena jika adek menceritakannya maka sama saja adek tidak menginginkan saya bahagia atau sengaja menghancurkan hubungan saya"

Nah, loh apa-apaan ini, sms di pagi hari yang menghancurkan segala moodku. Aku tak pernah atau terfikir saja pun tidak untuk menceritakan hubunganku dengan lelaki (Pengecut) itu pada siapapun, lalu mengapa ia terlalu GR dan menuduhku yang macam-macam -_-.

Marah, jelas. Tetapi aku tak ingin meladeninya, aku teringat sebuah pepatah yang sangat terkenal

"Anjing menggonggong, khafilah berlalu"

Walau tuduhan itu rasanya sangat menyakitkan, tapi biarlah aku tak ingin ambil pusing ku biarakan segala hal yang sudah terjadi menjadi pelajaran berharga buatku hingga pada akhirnya waktu yang menjawab segalanya. Tak ada angin ataupun hujan lagi-lagi lelaki itu mengirimkan sebuah sms padaku.

"Dek, DIA akan menikah. Tetapi dengan orang yang bukan saya"

Hmmm, reaksiku? Entahlah. Aku tak tau apa aku harus senang atau aku harus menertawakan nasibnya, tapi satu pertanyaan muncul di benakku

"Priakah kamu??"

Meninggalkanku tanpa penjelasan demi gadis pujaanmu, sampai tega menuduhku yang macam-macam, dan kini kamu mencoba kembali padaku?
Hmmm mengenaskan, aku tak tau harus bersikap apa sekarang padamu. Berteman, musuh atau apa,sampai hari ini belum ku dapatkan satu jawaban yang pasti. Lagi, aku membiarkan waktu yang akan menjawab segala pertanyaan yang masih tidak ku temukan jawabannya itu.

"Untukmu, sahabat-sahabatku. Karena rencana Allah selalu lebih indah :)"


Senja di Awal November

"Jika Senja, mampu mendamaikan maka tak ada lagi nikmat Tuhan yang bisa diingkari"

November, bulan ke sebelas dari dua belas bulan dalam setahun adalah salah satu bulan yang paling ku sukai. Entah sejak kapan aku menyukai bulan november dan entah sejak kapan pula aku begitu merasa spesial akan bulan november, tp bagiku november adalah sebuah titik balik akan sebuah pengharapan yang baru.

Sore ini, rasanya november semakin spesial saja. Aku menyusuri sepanjang jalan di kotaku melewati gedung-gedung tinggi yang berjejer dengan sangat rapi hingga aku tiba di sebuah pantai yang sangat terkenal, bila kalian menyebut "Pantai Losari" saat berkunjung ke Makassar, maka di jamin orang Makassar akan sangat antusias menjelaskannya. Pantai losari, sebuah tempat yang yang banyak menyimpan moment indah untuk mereka yang sedang di landa cinta, tapi pantai losari juga mampu menjelma menjadi tempat yang menyedihkan untuk mereka yang sedang patah hati .

Aku duduk termenung seorang diri, menikmati soreku yang damai, menikmati riuh sekelompok orang yang sibuk berbicara serta menikmati hilir mudik orang-orang dengan aktivitasnya masing-masing. Tetapi, dari semua hal yang ku sukai sore ini adalah senja yang berubah menjadi jingga, senja yang mampu menyampaikan setiap perasaan rindu, serta senja yang selalu sempurna memeluk setiap insan yang tengah jatuh cinta, sungguh pemandangan yang mendamaikan, pemandangan yang membuatku takjub. Sungguh Allah sempurna menciptakan setiap ciptaannya.

Senja sore ini adalah senja milikku, senja di awal bulan november, entah mengapa aku merasa Tuhan menciptakan senja hari ini hanya untukku. Senja yang sangat indah, senja yang membawaku untuk kembali selalu bersyukur akan setiap ciptaan Tuhan, jika senja mampu mendamaikan, maka tak ada lagi nikmat Tuhan yang bisa ku ingkari.

Untuk Mu Allah
Yang sempurna menciptakan setiap ciptaan Mu
Untuk Mu Allah
Yang selalu membuatku tercengang akan kuasa Mu
Untuk Mu Allah
Yang selalu memelukku, walau terkadang aku mengingkari Mu
Untuk Mu Allah
Maaf, jika aku kerap kali lupa pada Mu


Thursday, October 31, 2013

DIA (adalah Kamu ^^) 4

"Cinta adalah menyimpan, di simpan dan tersimpan untuk waktu yang tepat"

Banyak yang bertanya padaku, mengapa aku lebih memilih diam, mengapa tidak kuungkapkan saja perasaanku pada Dia, toh kesempatan itu sudah di depan mata, dengan begitu aku tak akan tersiksa dengan perasaanku sendiri. Mengapa? Mengapa? dan lagi lagi Mengapa?
Aku hanya tersenyum dengan pertanyaan yang selalu sama setiap bertemu dengan beberapa temanku. Asal mereka tau saja, aku tak pernah tersiksa dengan rasa yang tidak pernah kuungkapkan, justru aku menyukainya karena semakin aku menyimpannya maka semakin menarik aku menikmati kehidupanku :)

Ayah selalu berkata padaku

"Jangan pernah mengatakan cinta kepada lelaki manapun, kecuali ia telah sah menjadi milikmu"

Mungkin karena kalimat inilah, aku terlahir menjadi perempuan yang memegang prinsip kuno, bahwa aku tak boleh mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu, bahwa aku harus tetap menyimpannya dan lagi, menunggunya.

Pertemuan di Masjid itu berakhir begitu saja, aku tetap memilih diam dan Dia? Entahlah, aku kembali ke duniaku yang senyap, dunia yang lagi-lagi hanya aku seorang diri yang menikmatinya :(

Jika aku berbicara tentang waktu, maka waktu  berjalan lagi-lagi dengan sangat lambat, Dia pulang ke kota tempatnya harus melanjutkan study, sedang aku mulai di sibukkan dengan persiapan UN ku kala itu. Lagi-lagi tak ada komunikasi di antara kami (huh jangan berharap ada, toh dia tak pernah tau perasaanku), lagi-lagi kegamangan dan lagi-lagi hening.

Aku menjalani kehidupan yang sangat lambat selama 4 tahun semenjak pertemuan terakhir kami di Masjid waktu itu, aku tak pernah mengira jika tahun ini adalah tahun ke 6 aku menyukainya, tahun ke 6 aku tetap memilih bungkam dan tahun ke 6 aku tetap memilih dia sebagai orang yang ku sukai :)

Enam tahun, bukan waktu yang singkat menurut sebagian orang, bahkan beberapa teman menilaiku sebagai orang yang aneh -_-, tapi lagi dan lagi aku hanya diam dan memilih tersenyum untuk penilaian mereka terhadapku.

Ya jika tahun-tahun itu di total maka batas waktu yang melebihi batas waktu berlakunya SIM dan KTP itu sudah pada tahun ke enam. Dan selama itu aku hanya mampu menyampaikan rinduku melalui hujan yang datang menyapaku, aku hanya mampu mengungkapkan kekagumanku melalui senja yang berubah menjadi jingga dan aku hanya mampu berharap suatu saat kita menjadi titik yang tidak berakhir koma.

"Untuk DIA, yang ku tunggu selama 6 tahun ini. Untuk DIA yang menginspirasi setiap tulisanku. Jangan membuatku menunggu lebih lama atau di saat kamu menyadarinya, aku bukan lagi seorang koma tetapi aku telah menjelma menjadi titik dengan orang yang bukan kamu :)"

The End


Sunday, October 27, 2013

DIA (adalah Kamu ^^) 3

"Cinta bukan lagi tentang waktu, tapi cinta adalah keberanian mengungkapkan rasa"

Sore ini adalah sore paling mendamaikan dari semua sore, aku masih terpaku di tempat yang sama, masih terdiam dan masih melihat ke arah yang sama. Suara adzan membuyarkan lamunanku aku bergegas masuk ke dalam Masjid, entah mengapa aku tak ingin DIA menyadari keberadaanku, menyadari ada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi. Ahhhh mengapa mataku rasanya tak ingin lepas melihat ke arahnya, bahkan pembatas yang memisahkan batasan antara shaf pria dan wanita tak mampu menghalauku untuk tetap memandang ke arahnya. Pandangan yang dua tahun belakangan terasa redup kembali bersinar lagi ^^.

Dua tahun yang aku habiskan dalam senyap rasanya kembali riuh, potongan-potongan siluet masa lalu kembali terputar ulang dalam memori ingatanku, rasanya sungguh aneh dia yang bukan siapa-siapaku mampu masuk dan meninggalkan sebuah jejak-jejak cerita yang panjang. Dan semua itu semakin aneh lagi, ketika memoar itu kembali menambah sebuah cerita dengan hanya memandang Dia. Waktu shalat telah usai, aku berjalan menuju teman-temanku dan Dia berjalan pada kumpulan anak-anak yang siap untuk belajar mengaji. Sungguh, Dia menambah satu hal yang ku sukai lagi darinya. Anak-anak itu tesenyum ke arahnya, berlari dan memeluknya. Pemandangan yang mendamaikan. Senyum itu, lagi-lagi senyum itu merekah dari bibirnya, aku menyukainya :).

Rapat yang ku hadiri bersama beberapa temanku telah usai, masing-masing dari mereka bergegas pulang meninggalku sendiri di Masjid yang masih terpaku dalam diam, dan masih menikmati lamunanku.

"Wiwi, belum pulang dek??"

suara itu mengagetkanku dari lamunanku, aku berbalik untuk sekedar melihat siapa orang yang menyapaku, dan ya Allah Dia menyapaku? Tidak Dia bukan hanya sekedar menyapaku tapi Dia juga tau siapa namaku, mungkin aku sangat GR mendengar sapaan darinya, tapi sungguh itu adalah sapaan pertamanya untukku :)

"He eh, belum kak tunggu jemputan"

Kataku setengah tergagap karena grogi, entahlah dia menyadari kegrogianku atau tidak, tetapi aku berharap dia tak menyadarinya.

Dia tersenyum ke arahku, senyum tulus yang selalu membuatku teringat padanya, dan aku lagi-lagi terpaku karena senyum itu :(
Aku berjalan mendahuluinya ke pelataran Masjid, terduduk dan memainkan pandanganku ke halaman Masjid yang luas, di luar dugaanku dia mengikuti dan duduk tak jauh dari tempatku. Hening, bahkan aku sampai tak mendengar suara angin maupun hembusan nafasku sendiri, mungkin aku terlalu grogi karena ada Dia di sampingku.

Aku mencuri pandang ke arahnya, memerhatikannya dengan seksama, ahhh dia serupa dengan ayah, seorang pria tenang, dingin dan tak banyak bicara dan aku semakin menyukainya, aku terfikir untuk mengatakan perasaanku padanya, tapi tidak aku seorang perempuan yang masih memegang prinsip kuno itu dan aku tetap memilih diam........


Friday, October 11, 2013

Lelaki Pertamaku

"Lelaki yang baik, adalah lelaki yang tidak pernah mengeluh di depan orang yang ia cintai"

Hembusan angin malam ini sangat menyejukkan, bau tanah basah setelah hujan sangat sempurna melengkapi malam ini. Malam yang berjalan dengan sangat lambat, membawaku kembali pada masa kanak-kanakku masa di mana aku selalu bersama dan mengikuti lelaki pertamaku. Ahhh aku merindukan lelaki pertamaku :(

Lelaki pertama yang aku panggil dengan sebutan bapak, pria tangguh yang tak kenal lelah mencari nafkah demi istri dan kedua putrinya. Aku ingat setiap aku meminta sesuatu darinya bapak tak pernah menolak, ia selalu berkata "Ya".

Bapak adalah sosok sempurna buatku, sikapnya yang kaku, dingin, tak banyak bicara dan satu hal yang terpenting adalah bapak bukan seorang "Perokok" membuatku ingin mencari sosok sepertinya, aku kagum padanya, tapi manusia tidak ada yang benar-benar sempurna kan?? bapak adalah orang yang sangat protek mengenai segala hal apalagi yang berhubungan sama seorang pria. Walau aku tau semua demi kebaikanku, tapi terkadang aku cukup marah dengan perlakuan bapak yang satu ini terhadapku :(. Bapak pernah mengatakan sebuah kalimat yang sampai hari ini tidak pernah aku lupakan.

"Tidak peduli siapa pacar kamu nak, siapa lelaki yang tengah dekat denganmu atau siapa tunangan kamu, karena orang yang bapak anggap sebagai pria adalah siapa lelaki yang gagah dan berani menemui bapak untuk meminangmu"

Kalimat yang sampai hari ini masih tetap aku pegang, kalimat yang melahirkanku sebagai seorang gadis yang tetap memilih dan memihak pada tradisi kuno, bahwa lelakilah yang harus terlebih dahulu menyatakan cintanya. Ya, mungkin terlihat kuno memang, tapi itulah salah satu garis tradisi yang berusaha di tanamkan bapak sang lelaki pertama untukku.

"Untuk lelaki pertama yang selalu aku rindukan, jaga kesehatanmu anakmu baik-baik saja di sini Miss you :*"


Thursday, October 10, 2013

DIA (adalah Kamu^^) 2



"Cinta adalah waktu, tentang rasa yang tidak di ungkapkan, tentang perasaan yang tetap di simpan"

Sudah dua tahun sejak DIA tak pernah ku lihat lagi dalam kehidupanku. Masa putih abu-abu kujalani dengan bumbu yang amat biasa, hanya seputar canda, tawa dan tangis dari sahabat, teman dan keluarga. Tak ada kisah pecintaan di dalamnya karena aku teramat atau mungkin sedikit egois untuk memilikinya hingga aku begitu mengharapkannya. Tidak aku menunggunya ya menunggu hingga, aku menutup diri dari setiap "teman" lelaki yang mendekatiku, aku bahkan menolak setiap ada yang dengan berani mengungkapkan perasaannya padaku. Terkadang aku berfikir siapa DIA? DIA bukan siapa-siapaku lalu mengapa aku menutup diri pada orang lain? mengapa aku menolak perasaan orang lain? aku mungkin terlihat bodoh menyimpan perasaanku hanya untuk DIA, tidak berani mengungkapkannya tapi aku dengan berani justru sangat mudah menolak perasaan orang lain.

Waktu berjalan dengan sangat lambat, aku terpuruk? tidak, sama sekali tidak aku terlalu pandai mengalihkan perasaanku, aku memang tak pernah menerima perasaan yang datang padaku, aku terlalu takut menyakiti mereka. Dua tahun yang begitu lambat, aku habiskan dengan aktif di kegiatan ROHIS SMAku, aku menjalani duniaku sendiri, tersembunyi di dalamnya dan menikmati setiap pergantian waktu yang begitu lambat, dunia yang hanya aku pahami seorang diri. 

Detik, menit, hari, minggu, bulan berganti menjadi tahun dan sampai pada titik dua tahun itu akhirnya aku bertemu kembali dengan DIA. Saat itu aku baru saja duduk di bangku kelas 3 SMA, aku yang cukup aktif di organisasi mendapat undangan pertemuan dari salah satu organisasi atau komunitas keagamaan yang bertempat di salah satu Masjid di kotaku (tak perlu ku sebutkan namanya), hari itu adalah sabtu paling indah dari semua sabtu yang ku lewati selama dua tahun ini. Aku takkan pernah lupa moment itu, sabtu sore itu pukul 15.30 untuk pertama kali setelah dua tahun aku melihatnya lagi, aku yang datang lebih awal dari teman-temanku terpaku di depan pintu Masjid, kaki ini rasanya tidak mampu lagi ku topang untuk berjalan, hanya mata yang tetap menatap pada satu arah karena DIA ada di sana, bersandar di bawah mimbar mengenakan celana hitam dan kemeja abu-abu, memegang sebuah buku dalam pelukannya dan tertidur dengan nyaman dan diamnya. 
















Wednesday, October 9, 2013

DIA (adalah Kamu^^) 1


 Cinta pertama itu memang sulit untuk di lupakan, seperti aku yang mencintai DIA selama 6 tahun. Oke bukan mencintai tetapi menunggu, menunggu DIA melihatku, atau mengatakan bahwa DIA juga mempunyai rasa yang sama denganku. Aku mungkin terlihat “Bego” menunggu untuk waktu yang lama hanya demi seorang DIA tapi itulah cinta kita bahkan rela di katakana gila hanya demi cinta.

6 tahun lalu di sudut kota yang jauh dari ibu kota untuk pertama kalinya aku melihat DIA. Aku tetegun melihatnya ada pesona dari dirinya yang menarikku agar tetap memperhatikannya, aku ingat betul moment itu ketika aku masih lengkap dengan pakaian seragam putih biruku, DIA yang datang ke sekolahku saat itu terlihat sangat tampan dengan pakaian putih abu-abu. Aku semakin terpesona pada saat yang sama DIA tersenyum padaku, Ya Allah hatiku bergetar ada sesuatu yang beda ketika DIA melintas tepat di hadapanku.

Aku tak tahu apa arti dari bergetarnya hati ku saat itu, karena yang terlintas di pikiranku hanya satu, aku harus satu SMA dengan DIA. Lain waktu saat jam sekolah telah usai, terkadang aku curi-curi waktu ke sekolahnya hanya sekedar untuk melihatnya, atau aku berusaha memerhatikannya lebih dalam walaupun itu ku lakukan lewat secara jarak jauh, aku mencari tahu makanan favoritnya, warna apa yang sering dia gunakanan dalam kesehariannya sampai dengan siapa saja DIA sering bergaul. Ahhh cinta sungguh istimewa ^^

Akhirnya saat yang paling aku nantikan telah tiba, saat pakaian seragam putih biru akan segera berganti dengan pakaian putih abu-abu.jujur aku sangat antusias, dalam fikiranku hanya ada DIA. Bahkan dalam otakku yang terlintas adalah apa yang harus kuucapkan ketika aku bertemu dengan DIA nantinya.
Tetapi kejutan yang seharusnya indah saat itu, justru harus menuai ending yang menyakitkan. Ternyata DIA sudah lulus saat aku menginjakkan kaki di SMA yang sama dengannya hiks hiks hiks sungguh menyakitkan -_-.
Tapi hanya soal waktu, karena cinta memang adalah waktu ketika AKU dan DIA ^^.......




Wednesday, September 11, 2013

Anak-Anak Hebat



“ Senyum dan canda mereka menyembuhkan”

Tuhan selalu punya takdir untuk setiap makhluk yang ia ciptakan. Aku tak akan pernah menyangka sebelumnya ketika aku bertemu dengan anak-anak ini, anak-anak penerus bangsa, anak-anak yang kelak akan menggantikan dan menyelamatkan negeri yang tengah carut marut ini, anak-anak yang selalu mempunyai tekat, mimpi dan harapan di benak mereka. Aku merasa Tuhan sangat baik padaku, mempertemukan aku dengan mereka dan menjadikan mereka sahabat-sahabat kecilku.
Pagi ini, di awal bulan September aku pergi mengunjungi mereka di tempat mereka akan belajar. Motor yang aku kendarai melaju dengan kecepatan sedang, jarak yang ku tempuh untuk menemui mereka memang lumayan jauh, tapi semangat ku untuk menemui anak-anak yang haus akan dunia pendidikan tidak membuatku mengeluh, aku menikmatinya karena mereka adalah salah satu sumber inspirasi dan energy yang Tuhan berikan untukku.
Pukul 9.00 wita aku sampai di daerah tempat tinggal anak-anak yang kami sebut “Lentera Anak Negeri” belum sempat aku memarkir motorku anak-anak itu berlari ke arahku dan memelukku
“Kak Wiwi, kenapa minggu lalu nggak datang kakak?” Ratu merajuk sambil merangkulku ia adalah salah satu dari sekian anak-anak didikku.
“Iya, kak Wiwi jahat sekali padahal kita rindu kakak tau” Putri dan Fitri si kembar yang tiba-tiba ikut menyahut.
Nada, Ima, Caiing dan lainnya serempak mengangguk.
Aku hanya tersenyum memandang wajah dan tingkah mereka ada kedamaian ku rasakan. Tuhan, sekali lagi terima kasih Kau sungguh baik mempertemukan aku dengan anak-anak ini.
Aku berjalan, bersama mereka memasuki sebuah pekarangan  milik salah seorang dosen  sebuah Universitas. Di pekarangan inilah aku dan beberapa teman-teman volunteer biasanya mengajari mereka, entah itu bahasa inggris dasar atau matematika dasar serta beberapa pelajaran tambahan lainnya. Hari ini, aku sama sekali tak berniat mengajari mereka tentang bahasa inggris atau matematika aku ingin mereka mengarang sebuah cerita tentang keseharian hidup mereka selama ini. Aku ingin tahu, apa yang anak-anak ini lakukan sepulang sekolah, hingga mereka terlelap di malam harinya.

Aku memberikan setiap dari mereka selembar kertas putih, aku mengutarakan niatku pada sahabat-sahabat kecilku, dengan tenang mereka menyimak apa yang aku sampaikan. Tak perlu waktu yang lama untukku menjelaskan kepada mereka , dengan tenang aku melihat masing-masing dari mereka dengan serius sudah tenggelam dengan kertas dan alat tulis mereka.
Aku takkan pernah menyangka, mereka sangat antusias menulis cerita kehidupan mereka. Bahkan salah satu dari mereka ada yang mampu menulis dengan bahasa dan tulisan yang sangat baik, aku kembali menemukan bakat dari anak-anak yang dalam bahasa kasarnya tergolong anak-anak pinggiran, tetapi dari mereka lah bakat-bakat alami itu muncul semacam menemukan sungai di tengah padang pasir.
Semakin ada optimisme yang ku rasakan terhadap Negeri ini kelak, hari ini sahabat-sahabat kecilku telah menunjukkannya padaku, bahwa merekalah yang akan memimpin Negara ini, merekalah yang akan memperbaiki Negara yang tengah carut marut ini.
         Coretan dari tangan-tangan mungil, yang kelak akan memimpin Negeri ini


17 Agustus 2013

Happy Independence Day.Entah mengapa hari ini, aku seperti mendapatkan energy tambahan yang sangat luar biasa, mungkin karena bertepatan dengan Negara ini Indonesia merayakan ulang tahunnya yang ke 68, tapi alasan dari semangat dan kebahagiaanku hari ini yang paling utama adalah salah satu mimpi atau keinginanku dapat tercapai, untuk pertama kalinya aku dapat merayakan acara 17 agustus bersama sobat-sobat kecilku di Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA Tamangapa) Antang Makassar.

Aku dan beberapa teman dari Penyala Makassar dan Lemina akan merayakan 17 agustusan dengan mengadakan beberapa lomba salah satunya adalah lomba “Nulis Bareng Sobat”. Kegiatan ini menarik, karena masing-masing dari kami para volunteer akan mendampingi masing-masing satu anak, dan ini adalah sebuah tantangan tersendiri buatku, ini kali pertama dalam hidupku aku di minta mendampingi salah satu anak untuk menulis dan ini bukan sekedar menulis biasa tapi ini adalah sebuah lomba di mana temanya pun telah di tentukan oleh teman-teman panitia yakni “Independence Day” 

Aku di pilih oleh seorang sobat kecil bernama Syahrul Yasin Limpo(ini benar nama asli sobat kecilku), sebelum ia memulai menuliskan ceritanya kami terlebih dahulu melakukan diskusi singkat, aku mempelajari lebih dekat tentang sosok anak ini. Mungkin tergolong agak kepo atau apalah istilah anak ababil belakang ini, aku menanyainya tentang profesi kedua orang tuanya tentang apa yang ia sukai dan akhirnya aku bertanya pada pertanyaan intiku. 

“Syahrul, pernah ikut lomba 17 agustusan nggak??”
“Pernah kak, lomba balap karung”, ucap syahrul seraya menatapku dengan mata yang berbinar penuh kebanggaan. 
“Menang nggak??” aku kembali memulai percakapan dengannya
“Kalah sih kak, tapi syahrul senang soalnya bisa lompat-lompat di dalam karung udah gitu kalau jatuh seru soalnya pada teriak gitu teman-temannya”

Sejenak aku termenung, di daerah yang jauh dari kata bersih dan layak tinggal ini aku kembali menemukan sebuah pelajaran penting ketika bahagia itu bisa di dapatkan hanya dengan mengikuti sebuah lomba balap karung. Tuhan benar-benar Maha adil, anak-anak yang serba kekurangan ini ternyata memiliki hidup yang jauh lebih bahagia di banding aku yang boleh di katakan jauh lebih beruntung. 

Aku menatap bocah di hadapanku dengan seksama, dia sungguh luar biasa.
“Jadi, bagaimana kalau syahrul nulisnya tentang lomba 17san taun kemari aja dek, waktu syahrul ikut lomba balap karung??”
“Tapi kan di situ saya kalah kakak??” ucapnya dengan nada polos
“Menang dan kalah itu sama saja, yang penting syahrul pernah ikut lomba” hiburku seraya mengelus kepala bocah laki-laki itu. 

Ia menatapku sekilas seraya tersenyum padaku, senyum paling manis yang ku dapatkan saat itu. Tak butuh waktu lama ia menarik tanganku, mengajakku mengambil posisi paling pojok dari peserta dan para volunteer yang lain.

Syahrul tak banyak bertanya padaku, sesekali ia hanya memperlihatkan tulisannya bertanya apakah cara penulisannya sudah benar atau belum, jujur aku cemburu pada anak-anak di sekelilingku salah satunya Syahrul begitu mudahnya mereka merasakan kebahagiaan di tengah keterbatasan, sedang aku? Terkadang sulit merekah senyum bahkan terlihat acuh dan tak bahagia padahal di bandingkan mereka, mungkin nasibku jauh lebih beruntung di banding sobat-sobat kecilku. 

“Kakak, syahrul sudah nulisnya”, ucapanya menyadarkanku dari lamunan.
“Oh sudah, sini kakak liat” ucapku seraya mengambil kertas yang sudah penuh dengan coretan tangannya. Agaknya tulisan Syahrul memang jauh dari kata rapi, tapi aku menyukainya kertas yang tadinya putih telah terisi penuh dengan tulisan dan kata-kata polosnya. Aku mengembalikan kertas yang sudah ku baca tadi. “Syahrul, kertasnya di kumpulin ke kakak panitianya ya” kataku sambil menyodorkan kertas miliknya. 
“Iya kak” ucap bocah itu seraya tersenyum padaku 

Pengumuman pemenang segera di mulai, raut cemas karena takut mengalami kekalahan terpampang jelas di wajah bocah-bocah itu. Baik Syahrul dan bocah-bocah lain yang mengikuti perlombaan “Nulis Bareng Sobat” terlihat mengerumuni Kak Udpa salah satu panitia yang akan mengumumkan pemenang perlombaan.

Aku hanya bisa tersenyum memandang tingkah mereka. Kak Udpa mengumumkan pemenangnya dari juara satu, dua, sampai tiga. Tak ada nama Syahrul di antara ketiga pemenang itu, tapi saat itu aku dapat melihat dengan jelas tak ada raut sedih dari wajahnya, ia bahkan dengan sangat gentle memberikan selamat kepada para pemenang. Ya Allah, ku dapatkan lagi pelajaran kedua dari bocah penuh semangat itu hari ini.

“bahwa kompetisi tetaplah sebuah kompetisi di luar ini semua kita adalah tim, tim dalam sebuah kehidupan” 

Tulisan ini ku persembahkan untukmu adik kecil, sehari pertemuan kita aku belajar dua hal dari mu yakni sebuah kebahagiaan yang sederhana dan sikap gentlemu di tengah kekalahanmu, kamu adalah calon pemimpin bangsa ini Syahrul Yasin Limpo (bocah yang hidup dan bersahabat dari tumpukan bahkan gunungan sampah).

Sebelum lomba kita perkenalan dulu ya, kan "Tak kenal maka tak sayang" ^^

Yeyeyeyeyey Happy Independence Day 

 Kita pose dulu kakak :)

 Ahhh semangat banget nulisnya ^^

Hihihih kakaknya di kerumunin ^^
Rasanya kurang Afdol kalau nggak berfoto sama pemenangnya ya, selamat buat adek Putri (Kanan)

Mimpiku memang amat sederhana, merayakan 17 agustusan bersama mereka anak-anak yang ku sebut "Pemeluk mimpi", anak-anak yang setia bersahabat dengan sampah dan anak-anak sederhana yang tetap bersemangat di tengah gunungan sampah. Tetapi, dengan merekalah salah satu impianku dapat terwujud, merekah senyum bersama mereka:) 

 "Tulisan ini diikutsertakan dalam Best Article Blogger Energy".