“
Senyum dan canda mereka menyembuhkan”
Tuhan
selalu punya takdir untuk setiap makhluk yang ia ciptakan. Aku tak akan pernah
menyangka sebelumnya ketika aku bertemu dengan anak-anak ini, anak-anak penerus
bangsa, anak-anak yang kelak akan menggantikan dan menyelamatkan negeri yang
tengah carut marut ini, anak-anak yang selalu mempunyai tekat, mimpi dan
harapan di benak mereka. Aku merasa Tuhan sangat baik padaku, mempertemukan aku
dengan mereka dan menjadikan mereka sahabat-sahabat kecilku.
Pagi
ini, di awal bulan September aku pergi mengunjungi mereka di tempat mereka akan
belajar. Motor yang aku kendarai melaju dengan kecepatan sedang, jarak yang ku
tempuh untuk menemui mereka memang lumayan jauh, tapi semangat ku untuk menemui
anak-anak yang haus akan dunia pendidikan tidak membuatku mengeluh, aku
menikmatinya karena mereka adalah salah satu sumber inspirasi dan energy yang
Tuhan berikan untukku.
Pukul
9.00 wita aku sampai di daerah tempat tinggal anak-anak yang kami sebut
“Lentera Anak Negeri” belum sempat aku memarkir motorku anak-anak itu berlari
ke arahku dan memelukku
“Kak
Wiwi, kenapa minggu lalu nggak datang kakak?” Ratu merajuk sambil merangkulku
ia adalah salah satu dari sekian anak-anak didikku.
“Iya,
kak Wiwi jahat sekali padahal kita rindu kakak tau” Putri dan Fitri si kembar
yang tiba-tiba ikut menyahut.
Nada,
Ima, Caiing dan lainnya serempak mengangguk.
Aku
hanya tersenyum memandang wajah dan tingkah mereka ada kedamaian ku rasakan.
Tuhan, sekali lagi terima kasih Kau sungguh baik mempertemukan aku dengan
anak-anak ini.
Aku
berjalan, bersama mereka memasuki sebuah pekarangan milik salah seorang dosen sebuah Universitas. Di pekarangan inilah aku
dan beberapa teman-teman volunteer biasanya mengajari mereka, entah itu bahasa
inggris dasar atau matematika dasar serta beberapa pelajaran tambahan lainnya.
Hari ini, aku sama sekali tak berniat mengajari mereka tentang bahasa inggris
atau matematika aku ingin mereka mengarang sebuah cerita tentang keseharian
hidup mereka selama ini. Aku ingin tahu, apa yang anak-anak ini lakukan
sepulang sekolah, hingga mereka terlelap di malam harinya.
Aku
memberikan setiap dari mereka selembar kertas putih, aku mengutarakan niatku
pada sahabat-sahabat kecilku, dengan tenang mereka menyimak apa yang aku
sampaikan. Tak perlu waktu yang lama untukku menjelaskan kepada mereka , dengan
tenang aku melihat masing-masing dari mereka dengan serius sudah tenggelam
dengan kertas dan alat tulis mereka.
Aku
takkan pernah menyangka, mereka sangat antusias menulis cerita kehidupan
mereka. Bahkan salah satu dari mereka ada yang mampu menulis dengan bahasa dan
tulisan yang sangat baik, aku kembali menemukan bakat dari anak-anak yang dalam
bahasa kasarnya tergolong anak-anak pinggiran, tetapi dari mereka lah
bakat-bakat alami itu muncul semacam menemukan sungai di tengah padang pasir.
Semakin
ada optimisme yang ku rasakan terhadap Negeri ini kelak, hari ini
sahabat-sahabat kecilku telah menunjukkannya padaku, bahwa merekalah yang akan
memimpin Negara ini, merekalah yang akan memperbaiki Negara yang tengah carut
marut ini.
Coretan dari tangan-tangan mungil, yang kelak akan memimpin Negeri ini
0 comments:
Post a Comment