Friday, November 29, 2013

Hujan

Hujan...
Aku menyebutnya sebagai rindu
Aku menyapanya sebagai kenangan
Hujan...
Aku memilihnya sebagai sahabat
Aku memeluknya sebagai kehangatan
Hujan...
Aku menginginkannya sebagai pasangan, tetapi
Hujan...
Aku melupakannya sebagai masa lalu

Thursday, November 28, 2013

Sendiri Berteman Tembok

Aku sendiri dalam sepi
Tak ada sapaan
Tak ada teguran
Tak ada tawa
Aku sendiri berteman tembok
Yang ada hanya semilir angin
Menemani siang malam
Aku terikat dengan borgol
Yang kokoh
Hanya diam
Aku sendiri berteman tembok
Tak ada cerita tentang masa depan
Semua sudah tertutup oleh kabut
Kabut yang sudah,
Menutup tentang cerita masa depanku



Serui, 22 jul 10

Tuesday, November 26, 2013

Romy, Buah Tala, dan Jembatan

"Perjalanan untuk tiga ribu rupiah"

Bocah laki-laki  pemalu itu bernama Rommy, untuk pertama kalinya malam ini aku berjumpa dan berkenalan langsung dengannya. Seperti biasa, dia duduk di tepian jembatan di jalan Abdullah dg sirua (abdesir) makassar. Duduk dengan wajah polosnya yang tampak kelelahan, duduk dengan tatapannya yang teduh, duduk dengan memandang orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya, aku sedikit menduga tatapan teduhnya itu bukan tatapan yang biasa, tetapi tatapan yang penuh harap untuk orang-orang di sekitarnya agar mau membeli buah talanya.

Rommy, namanya terlalu singkat untuk ku tulis. Tapi, kisahnya mampu membuat ku terdiam sejenak, mampu membuatku harus berulang kali mengucap syukur kepada Tuhan, jika hidupku jauh lebih baik darinya. Malam ini aku dan beberapa teman pergi mengunjungi Romi di jalan abdesir, selepas magrib kami langsung menuju TKP. Kami tak langsung menemui adek Rommy di tempatnya biasa berjualan, sedikit survei kecil-kecilan kami lakukan. Mewawancarai beberapa warga sekitar salah satunya, fakta-fakta mencengangkan kami temui.

Adek tangguh itu  memang selalu berada disana malam harinya. Ia berkeliling menjajakan buah talanya, di bawah terik matahari ataupun di bawah hujan yang memeluk tubuh mungilnya, setiap hari bahkan di setiap malam ia tetap setia dengan buah talanya, bahkan terkadang menurut beberapa warga sekitar Rommy baru akan balik ke Jeneponto pukul dua pagi (Jarak Makassar- Jeneponto sekitar 4-5 jam). Rommy pulang ke Jeneponto dengan mengendarai mobil rental terkadang ia malah naik pete pete (kendaraan umum seperti angkot). Anak bungsu dari lima bersaudara itu selalu pulang bersama kakaknya yang juga berprofesi sebagai penjual buah tala.

Foto ini diambil beberapa hari yang lalu oleh kak Fany, saat adek Rommy sedang tertidur karena kelelahan

Berbekal informasi dari warga, kami akhirnya pergi menemui adek Rommy. Awalnya dia sedikit malu-malu bertemu dengan kami, tetapi akhirnya dia sedikit mau bercerita kepada kami. Setiap harinya sepulang sekolah (ia masih tercatat sebagai siswa kelas 5 SD) ia bergegas menuju Makassar, setibanya di Makassar ia langsung menuju daerah Panaikang untuk menjajakan buah talanya menjelang magrib ia menuju ke daerah abdesir, tempatku dimana bertemu dengannya. Sambil beristirahat menunggu jemputan dari kakaknya, ia tetap setia menjajakan buah talanya. Buah tala yang ia jual seharga Rp3000/bungkus itu, ternyata ia beli dari petani buah tala di desanya.

Rommy bocah itu sungguh tangguh, satu hal lagi yang saya pelajari dari dia adalah "Rommy tidak suka di kasihani, dia tidak suka di anggap seperti pengemis". Ia masih memegang prinsipnya bahwa "ia harus tetap menjajakan jualannya di bandingkan meminta-minta", dia mengajarkan banyak hal dalam sekejap pertemuan kami Mengajarkan ku tentang arti bersyukur yang sesungguhnya, tentang arti hidup yang bahkan mungkin masih tidak ku pahami sampai saat ini.

Dear Rommy
Tahukah kamu betapa malunya aku padamu?
Dear Rommy
Tahukah kamu betapa tangguhnya dirimu?
Dear Rommy
Terima kasih untuk segala pelajaran hidup yang sudah secara tidak langsung kau ajarkan padaku hari ini
Teruntukmu Rommy bocah pemalu, pecinta sepak bola :) 



Monday, November 25, 2013

Wanita yang Susah Tidur

Dear wanita yang susah tidur.
Mengapa kau begitu sulit, untuk memejamkan matamu?
Mengapa kau begitu sulit, bercumbu dengan mimpimu?

Dear wanita yang susah tidur.
Adakah rindu, yang belum tersampaikan hingga kau sulit merebahkan tubuhmu?
Adakah perasaan yang belum kau ucapkan untuk menenangkan hatimu?
Atau adakah sosok yang ingin kau kecup sebelum tidurmu?

Dear wanita yang susah tidur.
Jagalah imanmu, jaga perangaimu hingga kelak kamu mendapati apa yang kamu inginkan

Catatan kecil Tentang Benzbara

"Pertemuan singkat yang meninggalkan banyak cerita"

Dear Bernard Batubara, tahukah kamu bahwa sebenarnya aku tak tahu siapa kamu sebelumnya. Aku ingat, saat itu di bulan juli, bertepatan dengan penyelenggaraan Makassar International Writers Festival (MIWF) tujuan kedatanganku ke sana adalah untuk bertemu dengan kakak Huruf kecil atau Aan Mansyur dan Qaisra Shahraz. Sosokmu begitu asing di antara orang-orang yang ingin ku temui saat itu, tetapi segerombolan remaja yang tampak berlari-lari sedikit mengagetkanku, mereka menyebut satu nama

"Kak Benzbara.. kak ben"

Panggilan itu begitu akrab di telingaku saat itu, karena penasaran aku mencari tahu siapa sosokmu sebenarnya, siapa kamu yang mampu mengalihkan perhatianku dari sosok-sosok yang memang sudah akrab denganku sebelumnya. Saat itu, aku baru tahu bahwa kamu adalah seorang penulis. Berbekal informasi dari google, keesokan harinya aku bergegas menuju gramedia mencari buku karanganmu. 

"Milana" adalah buku pertama karya Benzbara milikku, ada hal lucu mengenai buku ini. Jadi saat saya meminta bang Benzbara menandatangani buku berjudul Milana ini, buku itu sama sekali belum saya baca. Intinya dan boleh di bilang saya hanya ikut-ikutan meyukai sosok Benzbara dan karya-karyanya. 

Foto bareng Benzbara (foto ini di ambil pada saat penyelenggaraan MIWF dan pada saat saya belum begitu mengenal sosok penulis muda ini dengan karya-karyanya)

Waktu punya pengaruh yang sangat dahsyat hingga pada akhirnya saya menyukai dia terlebih lagi karya-karyanya. Cerpen dan puisinya mampu membuat saya begitu mencintai senja dan hujan, ia memang masih kalah jauh dari sosok Sapardi Djoko Damono dan Aan Mansyur dalam mendeskripsikan hujan, tapi ia jauh lebih baik dari saya soal mendeskripsikan "Senja" (hahahaha maaf, agak sedikit narsis :D)

Empat bulan tak berjumpa dengan sosok Benzbara, akhirnya aku kembali bertemu dengan sosok penulis yang satu ini. Aku tak pernah lupa hari itu, minggu pagi di tanggal 24 november, aku dengan salah seorang sahabatku bernama Fina (yang memang sangat menyukai Benzbara, ia pernah sampai empat kali mimpiin Benzbara) berkunjung ke hotel tempat Benzbara nginap niatnya hanya satu saat itu, foto bareng, minta tanda tangan dan pulang. Tetapi hampir sejam menunggu, sosok itu sama sekali tidak nampak di lobi hotel. Aku dan Fina akhirnya memutuskan naik ke lantai tiga hotel, mungkin feeling ternyata di lantai tiga adalah tempat penyelenggaraan "Kelas Gratis Duta IM3" di mana pembicaranya adalah sosok yang aku dan Fina ingin temui sebelumnya. 

Singkat cerita, pihak panitia memanggil kami berdua (Aku dan Fina). Aku dan Fina di ajak menjadi peserta dadakan tanpa registrasi sebelumnya. Tanpa berfikir panjang, kami mengiyakan ajakan tersebut. Aku dan Fina mengambil tempat yang paling depan, alasannya simpel karena kami ingin berada dekat dengan sosok Benzbara :). Sepanjang pelaksanaan acara "Kelas Gratis Duta IM3" jujur aku dan Fina merasakan atmosfer yang berbeda, tangan kami berdua sama-sama dingin (oke memang sedikit memalukan, tapi nyatanya itu yang terjadi hahaha). Memerhatikan sosoknya dari jarak yang sangat dekat, dan berbicara langsung dengannya adalah salah satu mimpi saya yang menjadi kenyataan. Satu hal yang saya syukuri, adalah akhirnya saya bisa mengatakan secara langsung bahwa 

"saya tidak begitu menyukai dia menulis novel, seperti saya menyukai setiap karya puisi dan cerpen-cerpennya. karena ketika Benzbara menuliskan novelnya, saya merasa kehilangan sosoknya"




Dear Bernard Batubara
Terima kasih untuk pertemuan yang begitu singkat 
Terima kasih untuk sapaan yang tetap ramah
Terima kasih untuk senyuman yang selalu merekah, dan 
Terima kasih untuk setiap puisi dan cerpen karya anda yang selalu mampu membuat hati saya luruh :)






Wednesday, November 6, 2013

Cinta adalah Perasaan

"Aku masih mencari ke arah manakah aku akan berakhir, apa pada titik pilihan itu jatuh, ataukah pada koma"

Berbicara soal cinta tak pernah ada habisnya. Cinta adalah perasaan ia seumpama koma yang menjumpai titik. Cinta adalah perasaan ia ibarat pelangi sesudah hujan, tapi cinta yang merupakan perasaan juga bisa di umpamakan menjadi senja yang tidak lagi jingga.
"Aku mencintai titik" kalimat itulah yang tiba-tiba di ucapakan koma padaku
Sontak aku berbalik menghadapnya, selama ini koma sangat tertutup pada siapapun mengenai segala hal, namun kali ini tidak, ia baru saja mengucapkan kalimat yang mungkin apa bila di dengar oleh orang-orang yang mengenalnya, mereka takkan percaya jika koma yang mengucapkannya.
"Kamu, serius??" tanyaku
Ia hanya menganggukkan kepalanya. Aku tau koma bukanlah seseorang yang mudah jatuh cinta, ia hanya akan jatuh cinta pada titik, di titik mana koma akan berakhir hanya ia sendirilah yang tau, hanya ia pula yang bisa memutuskan.
Terkadang aku bingung pada koma, pada saat tertentu koma bisa berakhir dengan titik, tetapi pada saat tertentu pula ia malah tetap memilih menjadi koma. Jika sudah sampai pada tahap ini maka aku lagi-lagi harus percaya bahwa cinta adalah perasaan. Koma dan titik seumpama dua persimpangan, ke arah mana ia akan berakhir maka saat itu lah ia telah menemukan jawabannya.

"Aku adalah koma, sedang kamu adalah titik. Aku menunggu, di kamukah aku akan berakhir menjadi titik, atau aku justru menemukan titik yang lain selain kamu, karena lagi cinta adalah perasaan"

Sunday, November 3, 2013

Mimpi

"Mendidik adalah kewajiban orang-orang terdidik"

Minggu adalah hari yang menyenangkan, untuk mereka yang berkeluarga minggu berarti menikmati moment-moment indah di akhir pekan. Sedang, minggu untuk seorang anak kos berarti waktu tidur yang lebih panjang dari biasanya dan hukum mandi yang wajib dua kali sehari menjadi makruh dengan hanya sekali mandi dalam sehari. Tetapi berbeda denganku, minggu buatku adalah menjemput sedikit kebahagiaan dengan melihat senyum dan canda tawa anak-anak didikku :)

Ya, aku adalah seorang volunteer di salah satu sekolah non formal bernama "Lentera Negeri" di sekolah inilah biasanya setiap minggunya aku mengajar bersama beberapa teman-teman volunteer lain. Minggu ini adalah jadwal mengajarku di kelas C (kebetulan kami telah memiliki tiga kelas, di dua lokasi berbeda) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Kelas C ini berada di salah satu kompleks padat penduduk yang tidak begitu jauh dari tol.

Sesampai di lokasi, aku sangat terkejut karena siswaku yang datang baru satu orang, aku menyempatkan diri menunggu selama sejam dan hasilnya hanya lima orang yang datang, jujur aku sangat kecewa. Setelah mewawancarai beberapa anak, ternyata hari itu banyak teman-teman mereka yang tidak tau akan ada kelas belajar, karena tak sempat di umumkan oleh pengurus Masjid (kebetulan, kami menggunakan Masjid sebagai tempat belajar mengajar) dan akhirnya sebagian anak-anak ini memilih pergi bekerja. Anak-anak didikku memang berasal dari keluarga ekonomi bawah, oleh sebab itu ketika pulang sekolah atau ketika libur, mereka lebih memilih untuk bekerja baik sebagai pengamen atau loper koran.

Aku tak ingin membuat anak-anak yang sudah datang kecewa, walaupun mereka hanya berlima aku tetap harus mengajar. Karena jumlah mereka sedikit, maka kupuskan untuk merubah metode pembelajaranku. Hari ini mereka akan belajar mengarang, menuliskan aktivitas mereka hingga impian dan cita-cita mereka.

Salah seorang anak menarik perhatianku, namanya "Muhammad Akbar" ayahnya adalah seorang pedagang ikan, ia menceritakan aktivitasnya sehari-hari di mulai saat adzan subuh berkumandang, hingga magrib yang datang menjemput. Sepulang sekolah Akbar biasanya tak langsung pulang, ia lebih memilih menjajakan koran di sekitar lampu merah yang tak jauh dari rumahnya, menurutnya itu adalah pekerjaan yang sangat mudah, menjual, mendapatkan uang dan hasilnya bisa ia tabung untuk keperluan sekolahnya. Begitu setiap harinya, sungguh seorang anak yang harus terpaksa berpikir dewasa mengenai masa depannya sendiri, kala anak-anak seusianya hanya tau soal tidur, belajar, bermain dan makan. Jujur, aku terkesima membaca tulisannya. Bahkan, aku sempat membaca ulang beberapa kali tulisan itu, takut jika ada yang terlewat.

Pada bagian akhir tulisan itu aku kembali terpaku dengan impian dan cita-cita Akbar. Impiannya sederhana, ia ingin membelikan rumah untuk kedua orang tuanya, impian yang mungkin untuk anak seusianya tidak terfikir sama sekali. Cita-citanya pun amat simpel, ia hanya ingin menjadi orang baik dan seorang ustad. Ahh Akbar hari ini kamu berhasil membuatku jatuh hati, kamu juga berhasil mengajarkanku apa arti kehidupan ini, sungguh simpel sesimpel cita-citamu yang ingin menjadi orang baik :)

"Untukmu Muhammad Akbar , sahabat kecil yang menginspirasi :)"


Saturday, November 2, 2013

"Priakah Kamu??"

"Karena Allah selalu mempunyai rencana yang Indah"

Minggu yang terlewat cerah pikirku, sayang jika ku lewatkan hanya dengan berdiam diri di kosan. Aku bergegas menyusun segala rencanaku hari ini, pergi mengajar, pergi ke toko buku, mampir di rumah tante dan beberapa hal lain yang ingin ku lakukan. Segala persiapanku sudah terlihat sangat matang aku bergegas mengambil ranselku, mengisi barang-barang yang ingin dan harus ku bawa.


Kakiku yang sudah siap melangkah keluar rumah, di kagetkan dengan bunyi suara Hpku. Betapa shocknya aku ketika mendapat sebuah sms dari seseorang yang tidak ingin lagi ku ketahui kabarnya. Bukan sekedar shock biasa, tidak ku sangka seseorang yang ku kenal selama ini sangat menjaga citranya mengirimkan sebuah sms yang sangat memalukan dan merusak citranya sendiri di depanku.

"Saya mohon dek, jangan ceritakan hubungan yang pernah kita jalin pada DIA, karena jika adek menceritakannya maka sama saja adek tidak menginginkan saya bahagia atau sengaja menghancurkan hubungan saya"

Nah, loh apa-apaan ini, sms di pagi hari yang menghancurkan segala moodku. Aku tak pernah atau terfikir saja pun tidak untuk menceritakan hubunganku dengan lelaki (Pengecut) itu pada siapapun, lalu mengapa ia terlalu GR dan menuduhku yang macam-macam -_-.

Marah, jelas. Tetapi aku tak ingin meladeninya, aku teringat sebuah pepatah yang sangat terkenal

"Anjing menggonggong, khafilah berlalu"

Walau tuduhan itu rasanya sangat menyakitkan, tapi biarlah aku tak ingin ambil pusing ku biarakan segala hal yang sudah terjadi menjadi pelajaran berharga buatku hingga pada akhirnya waktu yang menjawab segalanya. Tak ada angin ataupun hujan lagi-lagi lelaki itu mengirimkan sebuah sms padaku.

"Dek, DIA akan menikah. Tetapi dengan orang yang bukan saya"

Hmmm, reaksiku? Entahlah. Aku tak tau apa aku harus senang atau aku harus menertawakan nasibnya, tapi satu pertanyaan muncul di benakku

"Priakah kamu??"

Meninggalkanku tanpa penjelasan demi gadis pujaanmu, sampai tega menuduhku yang macam-macam, dan kini kamu mencoba kembali padaku?
Hmmm mengenaskan, aku tak tau harus bersikap apa sekarang padamu. Berteman, musuh atau apa,sampai hari ini belum ku dapatkan satu jawaban yang pasti. Lagi, aku membiarkan waktu yang akan menjawab segala pertanyaan yang masih tidak ku temukan jawabannya itu.

"Untukmu, sahabat-sahabatku. Karena rencana Allah selalu lebih indah :)"


Senja di Awal November

"Jika Senja, mampu mendamaikan maka tak ada lagi nikmat Tuhan yang bisa diingkari"

November, bulan ke sebelas dari dua belas bulan dalam setahun adalah salah satu bulan yang paling ku sukai. Entah sejak kapan aku menyukai bulan november dan entah sejak kapan pula aku begitu merasa spesial akan bulan november, tp bagiku november adalah sebuah titik balik akan sebuah pengharapan yang baru.

Sore ini, rasanya november semakin spesial saja. Aku menyusuri sepanjang jalan di kotaku melewati gedung-gedung tinggi yang berjejer dengan sangat rapi hingga aku tiba di sebuah pantai yang sangat terkenal, bila kalian menyebut "Pantai Losari" saat berkunjung ke Makassar, maka di jamin orang Makassar akan sangat antusias menjelaskannya. Pantai losari, sebuah tempat yang yang banyak menyimpan moment indah untuk mereka yang sedang di landa cinta, tapi pantai losari juga mampu menjelma menjadi tempat yang menyedihkan untuk mereka yang sedang patah hati .

Aku duduk termenung seorang diri, menikmati soreku yang damai, menikmati riuh sekelompok orang yang sibuk berbicara serta menikmati hilir mudik orang-orang dengan aktivitasnya masing-masing. Tetapi, dari semua hal yang ku sukai sore ini adalah senja yang berubah menjadi jingga, senja yang mampu menyampaikan setiap perasaan rindu, serta senja yang selalu sempurna memeluk setiap insan yang tengah jatuh cinta, sungguh pemandangan yang mendamaikan, pemandangan yang membuatku takjub. Sungguh Allah sempurna menciptakan setiap ciptaannya.

Senja sore ini adalah senja milikku, senja di awal bulan november, entah mengapa aku merasa Tuhan menciptakan senja hari ini hanya untukku. Senja yang sangat indah, senja yang membawaku untuk kembali selalu bersyukur akan setiap ciptaan Tuhan, jika senja mampu mendamaikan, maka tak ada lagi nikmat Tuhan yang bisa ku ingkari.

Untuk Mu Allah
Yang sempurna menciptakan setiap ciptaan Mu
Untuk Mu Allah
Yang selalu membuatku tercengang akan kuasa Mu
Untuk Mu Allah
Yang selalu memelukku, walau terkadang aku mengingkari Mu
Untuk Mu Allah
Maaf, jika aku kerap kali lupa pada Mu