Aku menyebutnya sebagai rindu
Aku menyapanya sebagai kenangan
Hujan...
Aku memilihnya sebagai sahabat
Aku memeluknya sebagai kehangatan
Hujan...
Aku menginginkannya sebagai pasangan, tetapi
Hujan...
Aku melupakannya sebagai masa lalu
"Mendidik adalah kewajiban orang-orang terdidik"
Minggu adalah hari yang menyenangkan, untuk mereka yang berkeluarga minggu berarti menikmati moment-moment indah di akhir pekan. Sedang, minggu untuk seorang anak kos berarti waktu tidur yang lebih panjang dari biasanya dan hukum mandi yang wajib dua kali sehari menjadi makruh dengan hanya sekali mandi dalam sehari. Tetapi berbeda denganku, minggu buatku adalah menjemput sedikit kebahagiaan dengan melihat senyum dan canda tawa anak-anak didikku :)
Ya, aku adalah seorang volunteer di salah satu sekolah non formal bernama "Lentera Negeri" di sekolah inilah biasanya setiap minggunya aku mengajar bersama beberapa teman-teman volunteer lain. Minggu ini adalah jadwal mengajarku di kelas C (kebetulan kami telah memiliki tiga kelas, di dua lokasi berbeda) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Kelas C ini berada di salah satu kompleks padat penduduk yang tidak begitu jauh dari tol.
Sesampai di lokasi, aku sangat terkejut karena siswaku yang datang baru satu orang, aku menyempatkan diri menunggu selama sejam dan hasilnya hanya lima orang yang datang, jujur aku sangat kecewa. Setelah mewawancarai beberapa anak, ternyata hari itu banyak teman-teman mereka yang tidak tau akan ada kelas belajar, karena tak sempat di umumkan oleh pengurus Masjid (kebetulan, kami menggunakan Masjid sebagai tempat belajar mengajar) dan akhirnya sebagian anak-anak ini memilih pergi bekerja. Anak-anak didikku memang berasal dari keluarga ekonomi bawah, oleh sebab itu ketika pulang sekolah atau ketika libur, mereka lebih memilih untuk bekerja baik sebagai pengamen atau loper koran.
Aku tak ingin membuat anak-anak yang sudah datang kecewa, walaupun mereka hanya berlima aku tetap harus mengajar. Karena jumlah mereka sedikit, maka kupuskan untuk merubah metode pembelajaranku. Hari ini mereka akan belajar mengarang, menuliskan aktivitas mereka hingga impian dan cita-cita mereka.
Salah seorang anak menarik perhatianku, namanya "Muhammad Akbar" ayahnya adalah seorang pedagang ikan, ia menceritakan aktivitasnya sehari-hari di mulai saat adzan subuh berkumandang, hingga magrib yang datang menjemput. Sepulang sekolah Akbar biasanya tak langsung pulang, ia lebih memilih menjajakan koran di sekitar lampu merah yang tak jauh dari rumahnya, menurutnya itu adalah pekerjaan yang sangat mudah, menjual, mendapatkan uang dan hasilnya bisa ia tabung untuk keperluan sekolahnya. Begitu setiap harinya, sungguh seorang anak yang harus terpaksa berpikir dewasa mengenai masa depannya sendiri, kala anak-anak seusianya hanya tau soal tidur, belajar, bermain dan makan. Jujur, aku terkesima membaca tulisannya. Bahkan, aku sempat membaca ulang beberapa kali tulisan itu, takut jika ada yang terlewat.
Pada bagian akhir tulisan itu aku kembali terpaku dengan impian dan cita-cita Akbar. Impiannya sederhana, ia ingin membelikan rumah untuk kedua orang tuanya, impian yang mungkin untuk anak seusianya tidak terfikir sama sekali. Cita-citanya pun amat simpel, ia hanya ingin menjadi orang baik dan seorang ustad. Ahh Akbar hari ini kamu berhasil membuatku jatuh hati, kamu juga berhasil mengajarkanku apa arti kehidupan ini, sungguh simpel sesimpel cita-citamu yang ingin menjadi orang baik :)
"Untukmu Muhammad Akbar , sahabat kecil yang menginspirasi :)"
"Karena Allah selalu mempunyai rencana yang Indah"
Minggu yang terlewat cerah pikirku, sayang jika ku lewatkan hanya dengan berdiam diri di kosan. Aku bergegas menyusun segala rencanaku hari ini, pergi mengajar, pergi ke toko buku, mampir di rumah tante dan beberapa hal lain yang ingin ku lakukan. Segala persiapanku sudah terlihat sangat matang aku bergegas mengambil ranselku, mengisi barang-barang yang ingin dan harus ku bawa.
Kakiku yang sudah siap melangkah keluar rumah, di kagetkan dengan bunyi suara Hpku. Betapa shocknya aku ketika mendapat sebuah sms dari seseorang yang tidak ingin lagi ku ketahui kabarnya. Bukan sekedar shock biasa, tidak ku sangka seseorang yang ku kenal selama ini sangat menjaga citranya mengirimkan sebuah sms yang sangat memalukan dan merusak citranya sendiri di depanku.
"Saya mohon dek, jangan ceritakan hubungan yang pernah kita jalin pada DIA, karena jika adek menceritakannya maka sama saja adek tidak menginginkan saya bahagia atau sengaja menghancurkan hubungan saya"
Nah, loh apa-apaan ini, sms di pagi hari yang menghancurkan segala moodku. Aku tak pernah atau terfikir saja pun tidak untuk menceritakan hubunganku dengan lelaki (Pengecut) itu pada siapapun, lalu mengapa ia terlalu GR dan menuduhku yang macam-macam -_-.
Marah, jelas. Tetapi aku tak ingin meladeninya, aku teringat sebuah pepatah yang sangat terkenal
"Anjing menggonggong, khafilah berlalu"
Walau tuduhan itu rasanya sangat menyakitkan, tapi biarlah aku tak ingin ambil pusing ku biarakan segala hal yang sudah terjadi menjadi pelajaran berharga buatku hingga pada akhirnya waktu yang menjawab segalanya. Tak ada angin ataupun hujan lagi-lagi lelaki itu mengirimkan sebuah sms padaku.
"Dek, DIA akan menikah. Tetapi dengan orang yang bukan saya"
Hmmm, reaksiku? Entahlah. Aku tak tau apa aku harus senang atau aku harus menertawakan nasibnya, tapi satu pertanyaan muncul di benakku
"Priakah kamu??"
Meninggalkanku tanpa penjelasan demi gadis pujaanmu, sampai tega menuduhku yang macam-macam, dan kini kamu mencoba kembali padaku?
Hmmm mengenaskan, aku tak tau harus bersikap apa sekarang padamu. Berteman, musuh atau apa,sampai hari ini belum ku dapatkan satu jawaban yang pasti. Lagi, aku membiarkan waktu yang akan menjawab segala pertanyaan yang masih tidak ku temukan jawabannya itu.
"Untukmu, sahabat-sahabatku. Karena rencana Allah selalu lebih indah :)"
"Jika Senja, mampu mendamaikan maka tak ada lagi nikmat Tuhan yang bisa diingkari"
November, bulan ke sebelas dari dua belas bulan dalam setahun adalah salah satu bulan yang paling ku sukai. Entah sejak kapan aku menyukai bulan november dan entah sejak kapan pula aku begitu merasa spesial akan bulan november, tp bagiku november adalah sebuah titik balik akan sebuah pengharapan yang baru.
Sore ini, rasanya november semakin spesial saja. Aku menyusuri sepanjang jalan di kotaku melewati gedung-gedung tinggi yang berjejer dengan sangat rapi hingga aku tiba di sebuah pantai yang sangat terkenal, bila kalian menyebut "Pantai Losari" saat berkunjung ke Makassar, maka di jamin orang Makassar akan sangat antusias menjelaskannya. Pantai losari, sebuah tempat yang yang banyak menyimpan moment indah untuk mereka yang sedang di landa cinta, tapi pantai losari juga mampu menjelma menjadi tempat yang menyedihkan untuk mereka yang sedang patah hati .
Aku duduk termenung seorang diri, menikmati soreku yang damai, menikmati riuh sekelompok orang yang sibuk berbicara serta menikmati hilir mudik orang-orang dengan aktivitasnya masing-masing. Tetapi, dari semua hal yang ku sukai sore ini adalah senja yang berubah menjadi jingga, senja yang mampu menyampaikan setiap perasaan rindu, serta senja yang selalu sempurna memeluk setiap insan yang tengah jatuh cinta, sungguh pemandangan yang mendamaikan, pemandangan yang membuatku takjub. Sungguh Allah sempurna menciptakan setiap ciptaannya.
Senja sore ini adalah senja milikku, senja di awal bulan november, entah mengapa aku merasa Tuhan menciptakan senja hari ini hanya untukku. Senja yang sangat indah, senja yang membawaku untuk kembali selalu bersyukur akan setiap ciptaan Tuhan, jika senja mampu mendamaikan, maka tak ada lagi nikmat Tuhan yang bisa ku ingkari.
Untuk Mu Allah
Yang sempurna menciptakan setiap ciptaan Mu
Untuk Mu Allah
Yang selalu membuatku tercengang akan kuasa Mu
Untuk Mu Allah
Yang selalu memelukku, walau terkadang aku mengingkari Mu
Untuk Mu Allah
Maaf, jika aku kerap kali lupa pada Mu