Aku tak pernah suka bercakap denganmu, hingga waktu memaksa kita untuk berjalan ke arah yang berbeda, alasannya sederhana karena aku terlalu malu bertatap wajah denganmu. Kamu mungkin tak pernah tahu kebiasaanku, hingga kamu pergi bersama angin tanpa meninggalkan jejak yang bisa aku kenang. Tetapi, kamu adalah bagian dari kisah yang tidak akan pernah terlupakan. Kepergian yang menyesakkan itu hanya meninggalkan sebuah ucapan "Rindu" yang tidak pernah kamu dengar, kepergian itu jugalah yang membuat kakiku tak sanggup untuk menopang tubuhku ketika aku melihatmu dari kejauhan. Sungguh, kepergianmu membuatku hanya bisa menikmati kerinduan melalui sebuah gambar.
Kamu adalah bagian kecil dari cerita hidupku yang panjang. Ingatkah kamu, ketika kamu pernah berucap bahwa kamu sangat menyukai hujan, tetapi kamu menggunakan payung untuk berjalan di bawahnya. Atau ketika kamu juga pernah berucap, bahwa kamu sangat menyukai matahari. Akan tetapi, kamu menghindar ketika sinarnya menerpamu. Dan kamu juga sangat sering berucap, bahwa kamu menyukai
angin.Tetapi, kamu menutup semua pintu dan jendela rumahmu ketika angin berhembus. Alasan inilah yang menyebabkan aku selalu ragu, ketika kamu menyatakan bahwa kamu menyukaiku. Pendirianmu yang selalu berubah adalah jawaban dari setiap keraguan yang aku miliki.
Kamu menciptakan banyak kenangan dalam kisahku, entah itu bahagia, sedih atau meyakitkan sekalipun. Tetapi aku tetap menyukai setiap potongan-potongan kenangan itu dalam bentuk apapun. Kepergian yang tidak pernah kamu sesali (aku harap begitu). Kenangan yang menciptakan aku dan kamu yang belum sempat menjadi kita, kenangan yang menghadirkan aku dan kamu baru sebatas koma, dan kenangan yang membuat aku dan kamu berjalan ke persimpangan yang berbeda.
"Untuk Pemilik Rindu yang Sebenarnya"