Ini bukan tentang rindu, tapi ini adalah sebuah janji di antara tetesan-tetesan hujan. Kamu pernah bertanya dan bercerita tentang wanitamu, tentang kisahmu yang membahagiakan. Tentang dia yang memelukmu di bawah rinai hujan tanpa adanya sekat, aku mendengarkan. Lain waktu, kamu datang dan (masih) bercerita tentang dia wanitamu tapi kali ini cerita berbeda yang kamu bawa, tentang dia yang pergi dan menjauh darimu demi sang pangeran. Matamu basah, aku sedikit tercengang bagaimana mungkin seorang lelaki perkasa, seorang lelaki yang ku kenal begitu gagah terlihat sangat menyedihkan hanya karena seorang cleopatra.
Perasaan cemburu merasuk, jujur aku tak suka merasakannya. Aku yang berjalan di sampingmu lebih lama di kalahkan oleh dia yang baru kamu kenal setelah aku. Terkadang aku bertanya, apa yang kamu sukai darinya? Mengapa harus dia? Gadis itu, serupa pupuk yang menyuburkan sang bunga, serupa lebah yang menemukan sarang madunya. Kamu lelaki perkasa itu harus rapuh di tangan seorang cleopatra, seseorang yang kamu puja dan kamu banggakan sekalipun ia sudah menaburkan luka akibat kekecewaan di hatimu.
Aku paham dan menikmati sang waktu, di lain hari kamu dan aku adalah sepasang sepatu yang saling melengkapi, saling memberi tawa tanpa pernah ada jeda. Kamu tahu, sekarang menjadi tidak penting lagi hubungan apa yang sedang kita jalani, tetapi satu hal yang pasti seperti janji kita di antara tetesan hujan, jika kamu merasa rapuh selalu ada aku yang akan tetap memegangmu erat tanpa enggan untuk melepaskan dan membiarkanmu berjalan seorang diri.
"Tetesan-tetesan hujan ini, membawaku pada ingatan masa lalu dan disetiap perciknya melahirkan bulir-bulir rindu tentangmu"
Ku persembahkan tulisan ini untuk DIA, sang pemilik dua vokal yang di apit oleh tiga konsonan. Sang pemilik rindu, yang tidak mengalahkan pemilik rindu yang sebenarNya :)