Monday, May 25, 2015

IKHLAS??? (Mencoba Berdamai)

Maaf...
Sepenggal kata itulah yang tersisa dan mampu aku ucap dari bibirku saat ini. 
Maaf...
Untuk segala bisu yang aku hadirkan ditengah pertemuan yang tidak kita sangka.
Maaf...
Atas kecanggungan yang tercipta ditengah rinai hujan.
Sekali lagi maaf...

Lihat dirimu,
Dulu, kamu adalah DIA dalam masaku. Tetapi, sejak kamu menegaskannya untuk tidak lagi saling bertatap maka kita berakhir. Dulu, kamu adalah DIA yang aku yakini. Tetapi, sejak egomu menguasai maka tak ada lagi kesempatan. Dulu, kamu adalah DIA yang aku tunggu. Tetapi, ketika kamu memutuskan pergi maka aku tahu, bahwa sudah waktunya aku mencari DIA yang juga mencariku.

Tidak akan membandingkan, sekalipun kita telah berakhir kamu adalah salah seorang diantara sekian banyak manusia di muka bumi ini yang punya cerita denganku. Tidak akan membenci, sebab aku tak bisa memaksamu untuk tetap tinggal. Tidak akan mendiamkan, sebab kita adalah dua manusia yang bisa saling memahami, sekalipun tidak lagi berjalan berdampingan. Maka cukuplah kita berdamai, saling belajar untuk mengikhlaskan. Karena sejatinya hidup adalah belajar tentang keikhlasan.

Dari Aku,
Yang sedang mencari DIA yang juga mencariku



Saturday, May 16, 2015

Terima Kasih

Ikhlas?
Hmmmm, aku masih berjuang untuk mengiklaskannya lebih tepatnya. Tetapi ungkapan tanpa sengaja itu, kuartikan sebagai perintah untuk benar-benar dan harus ikhlas atas segala perasaan yang kujalani selama ini. Hari ini benar-benar telah selesai, dan kamu yang menegaskannya. Aku paham.

Kamu,
Terima kasih telah menemukan wanitamu terlebih dahulu.
Terima kasih telah menunjukkannya padaku.
Terima kasih untuk perkenalan tanpa sengaja ini.
Terima kasih untuk waktu panjangmu selama ini.

Dan teruntuk hati yang telah memperjuangkan selama ini, terima kasih untuk penantian panjang yang melelahkan.
Terima kasih untuk waktu yang tidak percuma untuk menunggu sebuah jawaban.
Terima kasih telah menemani.
Cukuplah bahagia sebagai balasannya.

Tertanda,
Gadis dandelion