Wednesday, May 28, 2014

Cita-Cita Untuk Kakak

Mei yang hampir usai, entah "serangan fajar" apa yang melandaku kali ini, akhirnya kuputuskan untuk membayar hutang tulisanku yang seharusnya sudah ku lunasi dua minggu lalu. "Oke fix" (Ala-ala wendy) berawal dari dua minggu yang lalu aku kembali bertemu dengan adik-adik di salah satu Sekolah Dasar yang ada di Makassar dalam rangka #Donasi2Jam #MenulisBarengSobat salah satu program dari Sobat Lemina, kedatanganku kali ini seperti dua minggu sebelumnya untuk mendampingi adik-adik belajar menulis. Bukan karena mereka tidak bisa menulis, hanya saja pendampingan yang ku lakukan bersama beberapa teman di maksudkan untuk membantu adik-adik menghilangkan tulisan "okkots" mereka, serta membantu mereka mengenali penggunaan huruf yang tepat. Minggu ini pula akan dipilih tiga tulisan terbaik dari adik-adik untuk dibuatkan mading. 

Tema yang ku berikan kepada adik-adik minggu ini adalah "Cita-cita ku". Beberapa adik menulis dengan cukup baik kali ini, setidaknya "okkots-okkots" yang biasanya memenuhi tulisan mereka sudah mulai berkurang populasinya :). Dari beberapa tulisan, ada salah satu tulisan yang menarik perhatianku...

Tulisan Adik Diva Pancarani, sekarang usianya 10 tahun

Cita-cita yang mulia, di usianya yang masih sangat muda namun ia telah memutuskan untuk meneruskan cita-cita sang kakak. Diva Pancarani adalah salah satu adik yang kami pilih dengan tulisan terbaik, saat pengumuman dibacakan tanpa di sangka Diva tiba-tiba menangis. Aku menghampiri Diva, memeluknya dan bertanya kepada gadis cilik ini.

"Kenapa menangis dek?" tanyaku sambil mengelus kepalanya, membiarkan ia nyaman didekatku.
Sambil sesekali menyeka air mata di wajahnya, ia tersenyum dan menatapku "Tidak ji kakak, ku ingat ji kakakku. kalau masih hidup senang ki pasti bisa jadi polisi." jawabnya sambil berlari meninggalkanku.

Kalimat yang masih ku ingat hingga hari ini, Allah lagi-lagi menunjukkan kuasanya padaku, untuk menjadi dewasa dalam sikap bukanlah karena usia tetapi karena pilihan. Gadis cilik ini telah menunjukkan hal itu padaku tanpa dia sadari. Pertemuan yang berlangsung dua minggu sekali ini, meninggalkan cerita yang menakjubkan. Rutinitas yang menyenangkan, ketika aku bisa ambil bagian untuk membantu adik-adik menuliskan perasaan dan pikiran mereka dalam sebuah tulisan. Ketika mimpi dan cita-cita yang ingin dicapai dapat diperoleh dari setiap kejadian yang kita alami.

"Untuk Diva Pancarani, gadis kecil yang penuh semangat. Semoga cita-citamu tercapai dek dan semoga kakak Diva tenang di sisi Allah SWT :)"



12 comments:

Unknown said...

Waw, kayaknya terharu nih pas habis bacanya. Inspiratif sekali, apalagi pas bagian si Diva ngejelasin perihal mimpinya itu.

Bener, dewasa itu bukan karna usia. Tapi terlebih karna pilihan. Sebenernya agak kasian juga ngeliat si Diva yang harus nerusin cita2 kakaknya, tapi terharu juga gimana seorang anak kecil bisa sampe punya cara berpikir sedewasa itu. Wuooh salut dah :D

Meykke Santoso said...

I am touched. terharu bangettt, semoga adek itu selalu dikuatkan yaa!! memang benarr menjadi dewasa itu tidak melulu tentang umur, bahkan bisa dikata dia lebih dewasa daripada aku sekalipun...smooga dia bisa menjadi polwan cantik kayakyang di facebbok facebook itu..:)

Aisyah said...

Itu yang dialog kedua agak enggak ngerti bahasanya bagaimana. Coba dicek lagi ya^__^V

Semoga adek yang meneruskan cita cita kakaknya itu bisa terealisasi ya. Bisa menjadi polwan dan anak yang berbakti pada orang tua.^^

Wiwi Aswan said...

Iya saya aja kaget pas baca tulisan diva :)

Wiwi Aswan said...

Amin kak mey, semoga adeknya tetap semangat :)

Anonymous said...

Cita-cita diva yg mulia, pengen jadi polwan ya. Duuh.. Semoga cita-citanya terwujud dan meneruskan cita-cita sang kakak yang gak kesampaian. Beri dia bimbingan terus wi.. :')

FatimahAqila said...

Kisah ini bikin terharu, seorang adik yang 10 tahun iya masih bersemangat untuk menggapai cita-citanya demi sang kakak. Subhanallah, semoga adik Diva dapat menggapai cita-citanya nanti ya. Amin :)

Iya kak terkadang dewasa itu tidak hanya masalah umur, tetapi terkadang keadaan yang membuat orang menjadi dewasa.

Semangat buat kaka juga yang ngajarin adik-adiknya nulis, dan buat adik Diva tetaplah semangat menjalani kehidupan ini meskipun terkadang terlihat menyulitkan :')

Nurul Huda said...

Aku ngelihat ada dendam yang kuat atas apa yang dialami oleh kakaknya Dek Diva. Tapi yang membuat aku hampir nangis, dia bisa mengendalikan dendam itu jadi dendam positif. Mengalahkan kemarahannya dengan rasa sayang sehingga dia ingin melanjutkan cita-cita kakaknya.

Oh Diva.. betapa mulianya dikau. Masih kecil tapi sudah mengerti, bisa memahami dan bertindak pekerti. Semoga kamu dimudahkan dalam menggapai cita-citamu ya, Dek. Kakakmu pasti bangga di sana :)

Unknown said...

nyentuh banget. ini memang membuktikan bahwa untuk menumbuhkan pikiran dewasa memang tidak dari umur, tetapi dari hati dan pilihan. jadi jangan meremehkan anak kecil selagi dia masih bisa berpikir dengan sehat (tidak gila), karena terkadang pemikiran anak kecil bisa mengejutkan dan tidak bisa ditebak.

disitu Diva mulia sekali untuk meneruskan cita-cita kakaknya menjadi seorang polwan. Kakak kamu disana pasti bangga banget sama kamu Diva.

semoga cita-cita kamu tercapai yaa Diva. Kakak kamu disana juga mendoakan kamu dari surga.

Radhian said...

mulia banget cita2nya :( jadi terharu..
seperti ya sudah aku tulis kedewasaan tidak ditentukan melalui umur.
contoh nyata nya ya si ade diva ini.

tenang de, kakamu pasti bangga melihat mu jadi adik yang berbakti seperti itu :)

Cherry Blossom said...

Terharu banget T_T..
Umur 10 tahun tapi pemikirannya udah dewasa banget. Dewasa itu tidak emang tak bergantung ama umur ya.

Iva Mairisti said...

duuuuhh ngena gitu ya, anak kecil aja bisa bersikap gitu, seperti orang dewasa saja, senengnya jadi kamu bisa kenal dengan dia :D