Monday, June 3, 2013

Retak



Mataku bengkak karena tangisku yang pecah semalaman. Ini adalah hal paling bodoh yang pernah aku lakukan untuk suatu alasan yang tak masuk akal. Aku menagis karena dirimu? Oh ya Allah tidak adakah alasan lain. Harusnya aku tak boleh menangis untuk lelaki sepertimu, orang yang masuk dalam kehidupanku yang memberikan warna indah untuk beberapa bulan kemudian pergi tanpa pernah memberikan kabar.
            Kita memang tidak pernah mengetahui kapan cinta itu akan datang, siapa sangka kau bisa masuk dalam kehidupanku, mengetuk hatiku yang sudah beku, hati yang selama enam tahun ini menunggu kedatangan seseorang. Sesorang yang mungkin tidak akan pernah menyadari ada hati yang menunggunya selama enam tahun ini.
            Awalnya, aku hanya menganggapmu adalah orang yang hebat, seseorang yang pintar, aktif dalam organisasi, di kagumi banyak orang, kau adalah salah satu di antara sekian banyak orang yang berada di sekelilingku yang aku kagumi. Penilaian itu muncul setelah kau menjadi tentorku di sebuah organisasi. Tapi inilah kehidupan, siapa yang menyangka kau dan aku bertemu kembali di dunia maya setelah beberapa bulan berlalu. Di awali  karena salah satu status di media social milikku, aku ingat betul hari itu aku menuliskan “ katastrofa cinta “ kau kemudian tiba-tiba masuk dan mengomentari status itu.
            Perkenalan kita kemudian berlanjut, janjian di salah satu toko buku. Ternyata kau dan aku mempunyai hobi yang sama, sama-sama menyukai dunia sastra sekalipun kemampuanku tidak sehebat dirimu. Pertemuan pertama itu di lanjutkan dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya, kau banyak mengajariku tentang tekhnik menulis yang baik, bagaimana mencari imajinasi di tengah kejenuhan yang melanda, bahkan kau juga yang memperkenalkanku berbagai toko buku di kota ini yang bahkan mungkin tidak pernah ku ketahui jika bukan kau yang mengajakku ke sana.
            Hanya soal waktu hingga kau dan aku menjadi kita. Ya kita, hari-hari setelah itu menjadi hal-hal paling menyenangkan dalam kehidupanku. Bohong, jika aku mengatakan bahwa aku tidak bahagia bersamamu, bohong pula jika perasaan itu tidak tumbuh karena kebersamaan kita, mungkin ini karma untukku karena awalnya saat kau memintaku menjadi kita aku tidak benar-benar serius untuk menjalaninya. Tetapi siapa sangka aku ternyata jatuh cinta padamu, perasaan itu tumbuh begitu saja, rasa memiliki yang tidak ingin melepaskan, hingga aku berani memperkenalkanmu pada orang tuaku. Tapi siapa yang menyangka di sinilah takdir tuhan berbicara, hal yang aku inginkan bahwa kau adalah salah satu hal yang tidak akan pernah kulepaskan dalam kehidupanku ternyata pergi dan bahkan tanpa memberikanku kabar padaku. Tapi hatus aku akui kau memberikan banyak warna di kehidupanku. Hal-hal yang selama ini hanya bisa aku lakukan bersama sahabat-sahabatku.
            Waktu adalah moment yang membuka segalanya. Ya, sekali lagi hanya soal waktu, kita kembali menjadi kau dan aku. Awalnya mungkin aku masih bisa menerima kesibukanmu, hal yang harus dan memang wajib aku terima sebelum kau dan aku menjadi kita. Kesibukanmu di organisasimu, kesibukanmu di kampusmu, dan kesibukanmu untuk segala hal yang tidak pernah kau ceritakan padaku. Aku mungkin adalah perempuan bodoh yang masih tetap mau mempertahankan cintanya untuk lelaki sepertimu. Kau tidak menghubungiku selama satu atau dua hari bahkan pernah dalam seminggu kita sama sekali tidak berkomunikasi, aku bahkan masih tetap memaafkanmu, bukankah itu adalah hal bodoh yang aku lakukan.
            Aku memang tidak seperti perempuan-perempuan lainnya, yang bisa menanyakan kabarmu setiap hari, menyakan hal-hal yang kau sukai bahkan menginterogasimu setiap saat, dan inilah aku, perempuan yang kau minta menjadi kita kemudian kau tinggalkan begitu saja. Kau tahu, aku lebih menyukai kau mengatakannya secara jujur di bandingkan kau pergi tanpa ada penjelasan untukku.
            Kau membuatnya menjadi retak, andai saja kau mengatakannya rasa sakit ini tidak sepahit ini. Namun sayang kau seperti seorang lelaki pengecut, seseorang yang selama ini jauh dari penilaianku tanpa mengatakan sepatah kata pun kau pergi tanpa pernah memberikan kabar. Kita menjadi kau dan aku tanpa ada pembicaraan sebelumnya, tetapi hal  ini adalah keinginanku. Untuk apa aku mengharapkan kita tetap menjadi kita, kalau hanya aku yang menginginkannya., kalau hanya aku yang memperjuangknnya. Mungkin ini rencana tuhan mempertemukan kita dala suatu moment, kemudian memisahkannya untuk suatu alasan yang bahkan tidak bisa aku mengerti.