"Cinta adalah menyimpan, di simpan dan tersimpan untuk waktu yang tepat"
Banyak yang bertanya padaku, mengapa aku lebih memilih diam, mengapa tidak kuungkapkan saja perasaanku pada Dia, toh kesempatan itu sudah di depan mata, dengan begitu aku tak akan tersiksa dengan perasaanku sendiri. Mengapa? Mengapa? dan lagi lagi Mengapa?
Aku hanya tersenyum dengan pertanyaan yang selalu sama setiap bertemu dengan beberapa temanku. Asal mereka tau saja, aku tak pernah tersiksa dengan rasa yang tidak pernah kuungkapkan, justru aku menyukainya karena semakin aku menyimpannya maka semakin menarik aku menikmati kehidupanku :)
Ayah selalu berkata padaku
"Jangan pernah mengatakan cinta kepada lelaki manapun, kecuali ia telah sah menjadi milikmu"
Mungkin karena kalimat inilah, aku terlahir menjadi perempuan yang memegang prinsip kuno, bahwa aku tak boleh mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu, bahwa aku harus tetap menyimpannya dan lagi, menunggunya.
Pertemuan di Masjid itu berakhir begitu saja, aku tetap memilih diam dan Dia? Entahlah, aku kembali ke duniaku yang senyap, dunia yang lagi-lagi hanya aku seorang diri yang menikmatinya :(
Jika aku berbicara tentang waktu, maka waktu berjalan lagi-lagi dengan sangat lambat, Dia pulang ke kota tempatnya harus melanjutkan study, sedang aku mulai di sibukkan dengan persiapan UN ku kala itu. Lagi-lagi tak ada komunikasi di antara kami (huh jangan berharap ada, toh dia tak pernah tau perasaanku), lagi-lagi kegamangan dan lagi-lagi hening.
Aku menjalani kehidupan yang sangat lambat selama 4 tahun semenjak pertemuan terakhir kami di Masjid waktu itu, aku tak pernah mengira jika tahun ini adalah tahun ke 6 aku menyukainya, tahun ke 6 aku tetap memilih bungkam dan tahun ke 6 aku tetap memilih dia sebagai orang yang ku sukai :)
Enam tahun, bukan waktu yang singkat menurut sebagian orang, bahkan beberapa teman menilaiku sebagai orang yang aneh -_-, tapi lagi dan lagi aku hanya diam dan memilih tersenyum untuk penilaian mereka terhadapku.
Ya jika tahun-tahun itu di total maka batas waktu yang melebihi batas waktu berlakunya SIM dan KTP itu sudah pada tahun ke enam. Dan selama itu aku hanya mampu menyampaikan rinduku melalui hujan yang datang menyapaku, aku hanya mampu mengungkapkan kekagumanku melalui senja yang berubah menjadi jingga dan aku hanya mampu berharap suatu saat kita menjadi titik yang tidak berakhir koma.
"Untuk DIA, yang ku tunggu selama 6 tahun ini. Untuk DIA yang menginspirasi setiap tulisanku. Jangan membuatku menunggu lebih lama atau di saat kamu menyadarinya, aku bukan lagi seorang koma tetapi aku telah menjelma menjadi titik dengan orang yang bukan kamu :)"
The End
12 comments:
waaah hebat bisa mendam perasaan selama itu :") aku mah ga sanggup hihi
lama amat udah 6 tahun, kalo ga mau nembak duluan kasih dia sinyal buat nembak. kasih kode gituh
prinsip kuno emng kadang bener tapi kayanya harus di kaji ulang, asikk
kasian sama hati kamu :)
Hahahah iya, jadi susah move on *curcol >.<
Hahahah, tapi seru loh jadi kayak greget sendiri >.<
6 tahun dan nggak ngomong?? ruarrrr biasa...-.- how come betah banget yaa..kasih kode kek gitu...walopun emng ngonong duluan kalo aku juga males sih cc, tapi at least ngasih signal kalo aku..hehehe
Ya, Tuhan. Engkau adalah makhluk yang paling kuat. Secara, 6 tahun hanya bisa memendam perasaaan. Kalo saya mah, gak sanggup. Hehe.
wow sesuatu banget memendam selama 6 tahun kasih kode saja mbak kalo dianya masih nggak peka pakai saja rambu lalu lintas :D foolback mbak :)
Hahaha gimana mau kasih sinyal mbak, kalau selama ini beda kota >.<
Hahaha, bukan masalah kuat tp susah pindah ke lain hati *eeaa
Gimana mau ngasih kode mas, orang tinggalnya beda kota >.<
Ok mas
6 tahun ya...
wajar sih..gitu tuh kalo perasaannya udah tertanam kuat..
tp kalo ak sih pasti dalam 6 tahun itu sempat nyangkut2 ke orang lain...meski perasaan tetep cuma ke 1 orang...
hmm..smoga jodoh ya..biar penantiannya nggak sia-sia...
Hahaha, skrg mah udah nggak harap harus samaan...
Soalnya di jadikan kenangan yang indah saja :)
Post a Comment