Sunday, December 28, 2014

Surat Kesekian

"Malam, ditengah sunyi ada rindu yang merasuk. Ada kenang yang menyesakkan"

Malam ini, di bawah atap bumi kegundahan kembali datang menyiksa. Mempertanyakan segala yang bahkan mungkin saya sendiri tak paham apa jawabnya. Pertanyaan-pertanyaan sederhana yang mungkin ketika di tanyakan pada seseorang akan sangat terlihat mudah, tetapi ketika kita di minta untuk menjawabnya terasa amat sangat sulit. Pertanyaan yang dimulai dengan mengapa saya menyukai kamu? mengapa saya mengagumi kamu? dan mengapa saya tega menyimpan rasa terhadapmu? Pertanyaan yang seketika membuat saya mempertanyakan sendiri kewarasan saya.

Kamu, saya pernah dan masih menyukai kamu, saya pernah dan juga masih kagum padamu, dan saya lagi-lagi pernah dan masih menyimpan rasa terhadapmu. Entah harus dari mana lagi saya memulainya, rasa-rasanya menanyakan kabar menjadi terlalu biasa dan bahkan sangat canggung, bagi saya dan kamu yang sudah terlalu lama bermain-main dengan waktu. Tetapi tetap saja, semenjak kita dipisahkan oleh jarak, semenjak saya mulai rajin menyebut namamu dalam perbincangan saya pada Tuhan, dan semenjak senja tak lagi seindah dulu, sehingga saya memutuskan menikmati indahnya fajar saya hanya mampu berucap bahwa saya merindukan kamu.

Saya merindukan kamu melebihi kerinduan saya pada ladang dandelion, saya merindukan kamu melebihi kerinduan saya berlari dibawah rinai hujan, dan saya merindukan kamu melebihi kerinduan saya ketika kamu menanyakan bagaimana kabar saya. Betapa beruntungnya kamu, dibalik segala hal yang tak bisa saya sisakan, kerinduan terhadapmu masih saja enggan untuk meninggalkan.

Dua vokal yang diapit tiga konsonan
Ditengah malam yang semakin pekat, dan diantara bintang yang bersembunyi dibalik langit malam izinkan saya mengirimkan surat kesekian ini untukmu, dibelahan mana pun kamu, cukuplah kamu dengan segala aktivitas hari ini, beristirahatlah sayang.

10 comments:

Unknown said...

kereen banget kak, tulisannya. aku mau dong dikirimin surat kerinduan macam itu wkwk.
ini beneran apa cuman fiksi? kalo beneran, mungkin beruntung banget yaa sosok yang kakak rindukan. semoga saja dia tahu.

Unknown said...

Kena penyakit malarindu nih.. semoga obatnya segera dateng yah

Pangeran Wortel said...

Terlihat sekali surat kerinduan ini.

Aku seperti mengambang dalam waktu. Hanyut oleh tutur dan membuaku enggan lari atau beranjak untuk membaca kenikmatan hasil buah tangan wanita satu ini.

Keren suratnya. Syahdu abies....

Kalo rindu dan dapet surat gini. pangeran bisa meleleh juga, ni. :D

Edot Herjunot said...

Bahasanya syahdu banget.. dibacanya asik... orang yang dirindukan dengan sangat, kayak gimana yang bentuk lingkar kepalanya, seimbang gak yah? Duh .. gue jadi penasaran..

yang pasti, cari alamatnya dan catet dengan benar.biar ngirimnya enggak nyasar suratnya :P

Unknown said...

jadi pengen bikin puisi yang sebagus kayak gini, kata-katanya seolah olah pembaca ada di dalamnya
keren bgt, bisa lah saya di kirimin surat kaya gini
hehee

ADMIN said...

Otak gue ngehang kalau baca tulisan-tulisan romance kaya gini, jadi gak konsen nih, kayanya gue butuj mijon atau aqua hhe

Anonymous said...

Meleleh bacanya. huhuhuhu. Gue kok jadi cemen gini. Rasa-rasanya surat ini juga kayak yang gue alami di kehidupan nyata. Hahahahahha.

Fuji Astyani said...

baca tulisan kakak untuk kedua kalinya. Hebat kak bisa nulis kayak gini, meski pendek tapi ngena banget hehehe :)
pengen belajar doongg :)

Unknown said...

Awww tulisannya. Bagus-bagus. Suratnya keren. Semoga dia baca yaa. :)
Arrghh, bingung mau komen apa. Bacanya gimana gitu, hehe. :)

Nurul Prayoga Abdillah said...

ini adem bgt bacaan nya. kbetulan gue bca di bwah ac. tp terlepas dr itu. pilihan kata nya enak, renyah, kriuk abis. :-D

bner yah. kadang pertanyaan itu dianggap gampang kalo kita sbgai penanya. eh gliran jd penjawab, bru dh susah.