"Hujan, ada rindu yang mengalir. Ada kenang yang tergenang"
Tidak dalam secarik kertas ku tuliskan namamu, tidak dalam sebait puisi aku menyebutmu. Tetapi, dalam setiap perbincangan-perbincangan ku dengan Tuhanlah aku sisipkan namamu. Entah sejak kapan aku mulai bersahabat dengan malam, entah sejak kapan pula menuliskanmu menjadi sebuah rutinitas panjang yang sangat menyenangkan buatku. Menceritakanmu adalah caraku mengingatmu, menceritakanmu adalah caraku berbicara denganmu, sekalipun sangat menyakitkan ketika bukan fisik ataupun bayangan kau datang menemuiku, tetapi khayalkulah wujudmu terasa ada.
10 februari 2015, tepat pukul 02:00 WIB aku menuliskan surat kesekian ini untukmu, surat kesekian yang entah akan kamu baca ataupun tidak, surat kesekian yang disisipi perasaan rindu, dan cemas. Dan surat kesekian yang tak akan pernah aku kirim. Penantianku ternyata memunculkan banyak spekulasi diseselilingku, betapa sangat menggelikannya komentar-komentar mereka yang mau atau pun tidak pada akhirnya membuatku bertanya kembali.
Siapa kamu? Sahabatku? Teman? Bukan. Ayah dari anak-anakku? Ohhh tentu saja bukan. Kamu adalah seseorang yang sekian tahun lalu datang, sekian tahun lalu memperkenalkan dirimu sebagai seseorang yang pada akhirnya ku panggil kakak dalam kehidupanku, mengubah badai menjadi pelangi dalam satu waktu tetapi tidak memberi akhir dikemudian hari. Yahhh begitulah kamu, sampai surat kesekian ini aku tuliskan tetap saja begitu.
Tertanda
Yang menantimu
10 februari 2015, tepat pukul 02:00 WIB aku menuliskan surat kesekian ini untukmu, surat kesekian yang entah akan kamu baca ataupun tidak, surat kesekian yang disisipi perasaan rindu, dan cemas. Dan surat kesekian yang tak akan pernah aku kirim. Penantianku ternyata memunculkan banyak spekulasi diseselilingku, betapa sangat menggelikannya komentar-komentar mereka yang mau atau pun tidak pada akhirnya membuatku bertanya kembali.
Siapa kamu? Sahabatku? Teman? Bukan. Ayah dari anak-anakku? Ohhh tentu saja bukan. Kamu adalah seseorang yang sekian tahun lalu datang, sekian tahun lalu memperkenalkan dirimu sebagai seseorang yang pada akhirnya ku panggil kakak dalam kehidupanku, mengubah badai menjadi pelangi dalam satu waktu tetapi tidak memberi akhir dikemudian hari. Yahhh begitulah kamu, sampai surat kesekian ini aku tuliskan tetap saja begitu.
Tertanda
Yang menantimu
7 comments:
wahhh jadi ceritanya ini buat kakak ketemu gede nihhhh, duhhhhh kakazone itu namanya wkwkw
Kakak adikan zone :(
Kental banget cara penulisannya. Nyampe ikut nyebur ditulisannya. :)
Sudah untuk keberapakalinya harus membuat dan menciptakan penantian tetap dalam sampul yang indah. :)
AKu terenyuh dengan susun kata ini. :)
Oh saya ngerti nih. Sebaiknya tanya sepik-sepik aja kak, darpada berakhir dengan kakakzone gitu. Kan gak bagus, kalo dekatnya sama kakak, tapi jadiannya sama orang lain. Itu yang biasa saksikan realita di duna fana ini. :p
Jiah modus adik kakak mode on hhe
Tapi, gue juga begitu, untung mengenang seseorang, terkadang tidak harus kita ceritakan di dalam sebuah tulisan, biar kita dan tuhan saja yang tahu hhe
awalnya kakak adean, lama-lama.... aminnn :D isi sendiri aja ya, ini sulit :'D
yahhh..kalau nggak dikirim ya gimana mau dibaca mbaaaaaak...hehehe..emang suka orang diam diam itu melelahkan..aku dulu juga pernah suka dalam diam..dan akhirnya lenyap diam diam...hmm...semoga one day suratmu bisa sampai di tangan dia. ihirr
Post a Comment